..penikmat musim..

four season in ur heart makes u being wonderful..

4.2.09

Televisi

Di sebuah artikel Harian Kompas tepatnya dibagian kawat sedunia, bagiku wajib baca kalau buka Kompas, seorang pria mendapat ganti rugi sekitar 30juta dari perusahaan televisi. Pria tersebut memenangkan gugatannya karena didukung hakim yang menyatakan bahwa tivi adalah barang utama yang harus ada di setiap rumah. Pria Brasil ini sangat senang karena akhirnya dia dapat menonton sepak bola dan sinetron kesayangannya.

Begitu pentingkah televisi sehingga menjadi barang utama dirumah?Mungkin memang kedudukan tivi sudah naik peringkat dari barang tertier, kebutuhan tambahan menurut buku IPS waktu sekolah dulu, menjadi barang primer (kebutuhan dasar). Semua orang mencari tivi, membicarakan siarannya dan menunggu-nunggu acaranya. Sebenarnya bukan tivinya sebagai alat itu sendiri yang mengkhawatirkan. Tapi sajian tontonan yang kurang berkualitas, untuk tidak menyebutnya buruk.

Sebut saja acara gosip yang melulu muncul dari pagi hingga malam. Stasion tivi berbeda tapi wajah dan masalahnya itu-itu saja. Belakangan muncul reality show yang berjamuran menjelang sore hingga malam hari. Reality show ini tidak jauh beda dengan sinetron tapi berdurasi pendek dan langsung tamat. Saling tonjok tak lupa menjadi bumbunya. Nah, yang ngetren dan semua stasiun tivi ikut-ikutan dan akhirnya semua punya adalah acara lagu dengan pembawa acara yang merasa diri mereka lucu. Konsepnya lebih mirip request lagu di radio. Yang membedakan karena di tivi kita melihat pembawa acaranya dan video klip lagunya. Acara ini sepertinya saling berebut rating dengan acara gosip karena tayangannya sudah hampir tiga kali sehari, mirip minum obat ya.

Lalu dimana acara edukatif yang membangun? Hiburan anak-anak yang berbobot kapan tayangnya? Untuk ibu-ibu rumah tangga agar kreatif bias dilihat dimana? Dan tanda tanya lainnya. Akhirnya otak kita yang tidap hari butuh berkembang dan diisi hanya dijejali dengan tiga jenis acara tivi diatas plus sinetron yang semakin tidak kreatif- memangnya ada sinetron kreatif?. Bayangkan bila tiap rumah memiliki tivi dengan durasi waktu menyala 12 jam sehari dengan penonton mulai dari anak hingga kakek. Mindsetnya akan sama dari tua hingga muda. Lagu yang dihapal juga sama. Bahkan menurut adik saya yang SMP, tiap senin saat upacara sekolah yang dibicarakan adalah Termehek-mehek, pemegang piala rating no satu itu. Apa??

Terus terang yang membuat rindu dari Inggris adalah acara tivinya. Bukan melebih-lebihkan negara itu tapi tivinya jauh dari kesan konsumtif bahkan lebih sering mencela budaya itu. Lebih edukatif saat jam pulang sekolah tiba. Hanya dua dari 7 station tivi yang menayangkan sinetron. Itu pun hanya 2 judul untuk masing-masing station. Acara gosip, nol. Kalau mau tahu tentang selebritis dan kehidupan pribadinya silahkan beli dan baca tabloid. Lebih-lebih reality show, turunan sinetron, mungkin tak pernah terpikirkan oleh produser.

Yang jempol malah banyak. Ada dragons den, acara yang memotivasi orang untuk menjadi inventor n berwirausaha. Ada how do they do it, menampilkan seluk beluk pembuatan alat mulai dari bola golf sampai pesawat jet. Atau gadget show, melihat alat-alat eletronik terbaru dan mengetesnya sampai batas maksimum. Belum lagi siaran-siaran edukatif yang isinya mirip dengan siaran national geographic channel. Jika saja produser di Indonesia mau mengintip dan mencontek sedikit konsep dari siaran-siaran ini. Tentu kita sebagai konsumen tivi bisa lebih menghargai dan sedikit terdidik.

Sebuah acara bagus di tv one pekan lalu. Mengenai system monarki yang ternyata sudah dianggap udik dan tidak substansi lagi keberadaannya di sebuah Negara. Acara ini mendorong keingintahuan yang besar. Acara in bagus dan respon orang dirumah juga tinggi. Sayang jam tayangnya sudah agak larut. Mudah-mudahan saja acara-acara yang baik bisa bertambah dan menggusur sinetron yang baru muncul sudah bisa ditebak akhirnya. Kasihan kita sebagai konsumen.

Labels:

3 Comments:

    • At 15 March 2009 at 23:09:00 GMT-7, Anonymous Anonymous said…

      yup..
      itulah gambaran umum tentang dunia televisi di tanah air..
      menyedihkan..!!

      btw,
      apa kabar si kecil..?
      bisami lari di..?

       
    • At 16 March 2009 at 00:03:00 GMT-7, Blogger nheenoyz said…

      miris emang fit melihat tontonan televisi saat ini, stasiun tv nasional memang banyakkk tapiii yg berkualitas dan jaminan mutu? bisa dalam hitungan jari sebelah tangan sajah... kapan majunya kalau begini?

       
    • At 19 March 2009 at 20:15:00 GMT-7, Anonymous Anonymous said…

      @ipul :
      apa kabar daeng ipul?alhamdulillah rafi baik.baru belajar jalan,umurnya masih 10bulan.

      @nheyooz:
      sepertinya tidak akan maju2 kalo tidak ada perubahan.nah,tentu saja konsumen tivi yg juga harus aktif mengkritik.ato bisa juga diberlakukan regulasi seperti tiap stasiun tivi minimal punya 10 acara edukatif n hanya boleh menyiarkan satu sinetron per tahun..:)

       
    • Post a Comment
28.4.08

Sasaran

Malam tadi massa membakar mesjid dan madrasah. Pagi ini berita itu dibaca oleh banyak orang, lebih banyak dari massa semalam. Apa yang salah dengan mesjid dan madrasah? Kedua tempat itu tetap menjadi representatif umat Islam. Tidak peduli orang-orang yang menempatinya punya mazhab dan menjalankan keyakinan terhadap Allah SWT yang berbeda. Sungguh tidak ber”perikeagaamaan” mereka yang membakarnya.

Mereka harus diberi pelajaran! Begitu kata massa. Tapi apakah harus selalu dengan sikap kekerasan? Bukankah kekerasan turunan dari jaman jahiliyah yang jelas-jelas dilarang oleh Tuhan? Maafkan saya kalau salah. Pun saya tidak pernah menemukan kata kekerasan dianjurkan untuk digunakan dalam pemberian pelajaran. Maafkan sekali lagi kalau saya luput.

Pembenaran dengan melakukan aksi fisik dengan cara merusak tetap mencederai logika. Ada banyak yang bisa dilakukan jika ingin menggunakan otot dengan alasan membela agama. Saudara-saudara kita di Palestina butuh bantuan tenaga jika ada yang mau berjihad. Kondisi mereka yang nyata, terpuruk dan semakin hari diteror oleh Israel yang membutuhkan massa. Massa membidik sasaran yang tidak tepat.

Dampak materi dan psikologi menyusul kemudian. Memang massa telah berhasil membuat mereka ketakutan, tidak berani keluar rumah, takut ke sekolah. Untuk yang satu ini massa berhasil. Tapi massa juga berhasil menghanguskan ratusan kitab suci, tempat belajar dan rumah Tuhan. Bayangkan saja berapa banyak umat muslim yang bisa memetik pahala dengan ratusan kitab suci itu. Ada berapa anak yang bisa menikmati pendidikan dengan fasilitas yang layak jika bangunan madrasah itu tidak dihancurkan. Apalagi saya dengar-dengar bahan bangunan di Indonesia sekarang melonjak seperti roket seperti harga beras dan telur. Dengan mesjid yang bisa digunakan untuk beribadah, orang-orang yang terbasuh dengan air wudhu, menikmati rumah Tuhan yang membawa kedamaian.

Mesjid dan madrasah tidak bersalah. Lembaran Al Qur’an punya hak untuk dibaca oleh siapa saja. Massa tidak boleh main hakim sendiri dengan obor menyala-nyala ditangan mereka. Karena malam adalah milik semua orang, bukan hanya kemarahan dan pembenaran pembelaan agama.

Labels:

2 Comments:

7.4.08

Perempuan

Saya sedang membaca buku bagus tentang perempuan, A Thousand Splendid Suns oleh Khaled Hosseini. Belum selesai saya baca, jadi bukan bermaksud untuk me-review-nya. Mungkin dikesempatan lain saya (harus) review. Saya hanya sedikit menggambarkan bahwa betapa tegarnya perempuan-perempuan Afganistan tersebut. Walaupun telah ditekan secara patriarkis selama bertahun-tahun namun masih tetap berdiri kokoh seperti bangunan dinegara empat musim.

Kenyataannya hingga sekarang, perempuan Afgan masih tetap kuat. Bahkan boleh dibilang kebal dengan segala tekanan fisik maupun batin. Beberapa waktu lalu seorang teman menceritakan tentang perjuangan seorang perempuan Afgan dalam melahirkan anaknya. Saat itu, air ketuban perumpuan kuat ini telah pecah dan harus segara mendapatkan penanganan dari rumah sakit. Nah, rumah sakit terdekat dari rumahnya itu telah dipagari tembok oleh Israel dan sama sekali tidak dijinkan masuk oleh tentara Israel yang sedang berjaga dipintu dengan senjata lengkap mereka. Walaupun dengan sangat memohon agar bisa diberi jalan menerima pertolongan langsung dari rumah sakit, namun tentara-tentara tersebut tidak bergeming. Akhirnya, perempuan Afgan dengan kondisi memperihatinkan itu melahirkan bayi sehat didepan mata tentara-tentara Israel.

Dilain waktu, saya menonton drama yang menceritakan seorang perempuan Botswana di Benua Afrika. Dia mewarisi sebuah mobil pick-up (yang bagian belakangnya terbuka) tua dan beberapa ternak milik ayahnya. Bukannya melanjutkan usaha peternakan milik ayahnya tapi kemudian dia menjual seluruh gembala ternak itu dan mendirikan sebuah usaha. Usaha yang dipilihpun bukan umum, membuka sebuah kantor detektif. The No.1 Ladies Detective Agency, begitu papan besar yang terpampang didepan kantornya. Unik, aneh, berani. Mama Ramostwe, begitu namanya, yakin bahwa dia memiliki bakat dan harus mengasah bakatnya itu. Bahwa perempuan bisa berbuat sesuatu yang lebih bahkan kreatif. Walhasil, kantornya mendapat banyak pesanan kasus untuk dipecahkan.

Ada juga kisah perempuan Tibet yang menikah dengan tiga orang lelaki. Awalnya saya juga heran, namun budaya yang ada di negara kekuasaan China tersebut menghalalkan perempuan menikah dengan lebih dari satu suami. Poliandri bukan lagi sesuatu yang aneh. Bahkan perempuan ini menikahi tiga lelaki yang bersaudara kandung. Padahal dengan kondisi Tibet yang bermayoritas beragama Budha, seharusnya malah poligami yang lebih populer. Berhubung banyak kaum adamnya yang memilih jalan menjadi biksu. Lalu bagaimana kehidupan perempuan berpoliandri di Tibet? Mereka tetap saja sama dengan perempuan bersuamikan satu orang. Mereka tetap ke ladang, menyiapkan makanan dan mengurusi hal domestik rumah tangga. Tidak ada yang istimewa selain membagi jatah lahiriyah kepada tiap suaminya.

Cerita diatas mungkin hanya beberapa dari sekian banyak cerita tentang perempuan. Betapa kuatnya mereka, betapa kharismatiknya mereka, betapa tegarnya mereka. Bahkan perempuan-perempuan yang mengangkat seember air diatas kepalanya sejauh dua kilometer untuk mengisi gentong air minum keluarga tetep bisa membuat kita berdecak. Ini bukan bermaksud untuk berbias gender (yang kena bias tentu saja kaum pria) namun saya selalu merasa kagum dan tiba-tiba punya kekuatan yang berputar-putar seperti atom jika mendengar kisah-kisah perempuan.

Labels:

3 Comments:

    • At 9 April 2008 at 03:31:00 GMT-7, Anonymous Anonymous said…

      saya dah baca yang thousand splendid suns! bagusss gak kalah ama kite runner (pengarang yang sama), emang itulah kenyataan hidup, karena buku2 dan film2 macam itulah, kita jadi mengerti makna syukur!

      btw, senang rasanya bisa baca postingan mu lagi Pit!

       
    • At 15 April 2008 at 23:26:00 GMT-7, Anonymous Anonymous said…

      Perempuan memang luar biasa. Tanpa embel-embel pemberdayaan, emansipasi atau penyetaraan, perempuan sudah sangat istimewa.
      Dan saya salah satu yang mempertanyakan bagian mana lagi dari sisi perempuan yang tidak sempurna, sampai laki-laki rela memuja2 mereka.

       
    • At 27 April 2008 at 23:09:00 GMT-7, Blogger vy said…

      Saya sudah baca novel ini dan beberapa kisah Khaled Hosseini. Very inspiring. Perempuan di mana pun tempatnya, selalu memberikan inspirasi luar biasa...

       
    • Post a Comment
30.1.08

Surat

Hampir tiap pagi pintu flat kami berbunyi. Bukan ketukan tamu tapi bunyi kotak kecil segiempat untuk memasukkan surat dari pak pos. Yah, amplop-amplop surat sepertinya mengalir teratur mengetuk tiap pintu rumah di negara ini. Kadang internet bill, electricity atau laporan keuangan per bulan tabungan pribadi dari bank. Tidak sedikit juga iklan poster atau selebaran. Bahkan cek untuk tax claim pun dikirim langsung ke rumah. Hingga kartu ucapan dan undangan neighborhood party.

Saya bisa membayangkan bagaimana sibuknya Royal Mail, kantor pos negara Inggris, mengatur seluruh keluar masuknya surat setiap hari. Perusahaan ini pasti membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mensortir amplop-amplop. Belum lagi pengambilan surat-surat yang berada di kotak-kotak surat warna merah yang pasti selalu hadir di tiap titik keramaian. Entah di sepanjang jalan pusat pertokoan, kampus, sekolah, perkantoran hingga tempat pemberhentian bis. Sepertinya kotak-kotak surat iti bersaing dengan tempat sampah, mungkin jumlahnya hampir sama. Plus tertera pengumuman kecil di depan kotak surat bahwa setiap senin sampai jum’at, surat-surat akan dijemput saat jam setengah enam sore sedangkan hari sabtu, minggu dan bank holiday dijemput setiap jam satu siang. Begitu jelas dan terjadwal.

Saya kadang heran melihat budaya pengiriman surat yang tidak pernah surut di negara ini. Meski telah tersedia internet berbiaya murah dan kecepatan wah, mobile phone dengan unlimited text, free call untuk telpon rumah di seluruh UK. Fasilitas lengkap dengan kecanggihan teknologi yang mudah didapatkan ternyata tidak membuat mereka lupa dengan kertas dan amplop. Mereka bisa saja menggunakan email untuk berkirim surat tanpa harus lelah menuliskan di kertas dan ke kotak pos. Atau bisa saja memberikan ucapan selamat via sms atau telpon. Toh, itu semua gratis.

Suatu kali guru bahasa Inggrisku, Mike Loughin, memeriksa tugas. Sebelumnya dia memberikan waktu untuk menyelesaikan tugas selama seminggu dan akhirnya saya mengirimkan via email. Tak disangka saat kelas berikutnya dia telah memberikan hasil koreksian tugasku sebanyak empat lembar. Dan semunya memakai tulisan tangan Mike. Saya lalu memberitahunya bahwa jika dia menginginkan tugas itu ditulis tangan maka saya akan menulisnya karena saya merasa bersalah telah membuatnya menulis ulang tugasku plus koreksinya sebanyak empat lembar HVS Folio bergaris. At least, he could use a printer mechine. Dia lalu mengatakan bahwa saya tidak perlu sungkan karena memang dia berinistiaf untuk menulisnya kembali. Dan itu adalah kebiasaan yang tidak bisa dihilangkan. Mike senang menulis secara manual, memakai pulpen dan kertas bergaris. Bahkan dia mengaku jika ingin melakukan komplain ke supermarket, di Inggris public space untuk mengeluarkan pendapat terbuka lebar, atau hanya bertanya kabar ke temannya di Spanyol maka dia akan bersurat memakai tulisan tangannya.

Mike adalah salah satu contoh pribadi orang Inggris secara umum yang tidak terpengaruh dengan teknologi yang tidak memasyarakatkan manusia. Teknologi bisa saja datang dengan level yang berbeda tiap waktu tapi belum tentu bisa memudarkan kretivitas manusia, melunturkan budaya dan menghabisi kharakteristik manusia itu sendiri. Sangat disayangkan memang, melihat inovasi teknologi yang memanjakan manusia. Terakhir saya mendengar bahwa telah banyak hot spot di Indonesia yang bisa didapatkan secara gratis, penyedia layanan telpon selular berlomba-lomba banting harga pulsa, CDMA murah plus handphone-nya juga menyerbu tiap daerah. Terakhir, beberapa teman bahkan sempat chatting via YM hanya dengan sms. Wow, sungguh luar biasa laju teknologi informasi lima tahun belakang ini. Mungkin banyak yang tidak sadar tapi saya kira lebih banyak yang merasa senang.

Saya lalu membayangkan bagaimana kondisi kantor pos Indonesia dan para pekerjanya lima tahun ke depan. Apakah akan tetap ada? Pernahkah sesekali menengok gedungnya yang berdiri renta di dekat balai kota? Dengan kios-kios penjual kartu yang tetap sama tatanaannya dari hari ke hari karena tak satu pun yang terjual. Mungkin benar kantor pos itu tetap berfungsi karena pengiriman barang antar daerah atau negeri bukan karena lembaran amplop. Tapi perusahaan pengiriman barang juga telah tumbuh, seperti Tiki. Lalu kemanakah kantor pos kita mencari lahannya? Atau pernahkah kita tanya diri sendiri, kapan terakhir kali berkirim surat atau paling tidak berkirim kartu ucapan?

Labels:

9 Comments:

    • At 31 January 2008 at 23:46:00 GMT-8, Blogger vy said…

      Sampai sekarang kadang-kadang saya masih suka nulis surat manual pit! He2..

       
    • At 3 February 2008 at 20:15:00 GMT-8, Blogger Daeng Ipul said…

      Pit..
      kondisi kantor pos di Indonesia memang agak memprihatinkan..sekarang mereka sedang mencari lahan lain utk bisa tetap bertahan, di antaranya dengan membuka loket pembayaran telepon, kartu kredit dan cicilan lainnya...ada juga loket untuk setor tabungan..
      yah, daripada ndak ada yg datang sama sekali...

      mungkin bisa diitung dengan jari orang yg nulis surat untuk teman/pacar/keluarga/atau apanyalah yg jauh di sana...
      saya masih sempat waktu pacaran (thn 2001) main surat2an..sebenarnya kalo surat2an pake tulisan tangan, sensasinya memang beda di'..?, ndak kayak kalo pake email ato sms..lempeng2 aja..hehehe..

      eh, sy kalo kirim barang juga masih pake POS, soalnya lebih murah walopun kadang lebih telat nyampenya..hehehe...

       
    • At 4 February 2008 at 05:50:00 GMT-8, Anonymous Anonymous said…

      hehe. pragraf terakhir berisi kenangan ya? da banyak berubah kok. kebetulan itu tidak jauh dari kantorku, jd kdg kalo lewat trus smpat nengok; sempat terpikir juga akan bagaimana itu nanti ya..

       
    • At 6 February 2008 at 03:52:00 GMT-8, Anonymous Anonymous said…

      @vy :
      beruntunglah yg mendapatkan surat2nya Vy..:)
      @Ipul :
      beda memang sensasinya Daeng Ipul.bisa menulis banyak dan improve,apalagi klo kertasnya diberi wewangian :D
      @anak pasar :
      hehee..iya,kenangan sering lewat samping kantor pos.jadi,k ahmad sdh mulai bersurat ke kendari? :)

       
    • At 7 February 2008 at 23:58:00 GMT-8, Blogger nina said…

      asslkm..

      sya sampai sekarang lebih senang membaca surat manual, bisa melihat tulisan orang secara langsung, ada kontak batin...

       
    • At 10 February 2008 at 18:37:00 GMT-8, Anonymous Anonymous said…

      gara2 ada kompie ak lebih senang nulis ngetik ketimbang nulis tangan walhasil suatu hari pas ak nulis pake tangan, baru sadar klo tulisanku jadi tambah jelek. artinya dalam beberapa tahun k depan udah jarang bgt orang yg nulis bagus :D. ak merindukan surat2 yang datang k rumah. daripada e-mail yg masuk. yaaah imbas teknologi yah :). salam hangat Pit :)

       
    • At 11 February 2008 at 06:52:00 GMT-8, Blogger Jonquilles said…

      Sebanarnya saya lebih suka kirim surat atau paket lewat pos (ke Indonesia) tapiiii sudah sering dikecewakan oleh pihak pos. Makanya jadi malas sekarang, keculai kalau pentiiiiing sekali, tapi kirimnya harus yang tercatat.

      Pit, memang ada rencana ke Inggris tapi selalu saja tertunda dgn seribu macam alasan hehehe.

       
    • At 12 February 2008 at 03:54:00 GMT-8, Anonymous Anonymous said…

      @nina :
      jadi..dari tulisan turun ke hati dong :)

      @andrei :
      padahal dulu ada pelajaran tulisan indah yah waktu SD.tp kenyataannya tidak bisa diaplikasikan lagi krn telah bergantung ke keyboard.anyway,thanks dah berkunjung Andrei..

      @Jonquilles :
      klo kirim barang memang lebih murah sih dan ada bonusnya lagi,harap-harap cemas dan menunggu lama :D.pokoknya kedatangan ta selalu ditunggu k miya..

       
    • At 25 February 2008 at 06:46:00 GMT-8, Anonymous Anonymous said…

      pit...
      saya juga dah lupa kapan terakhir menulis surat...

       
    • Post a Comment
11.1.08

What Britain Earns

Kemarin malam ada acara bagus di BBC 2, judulnya What Britain Earns. Sebuah ulasan yang mengklasifikasikan jenis pekerjaan melalui pendapatan per tahun di Inggris. Mulai dari gaji yang terendah yaitu sekitar £ 3000 hingga £ 250K per tahun. Ternyata banyak kejutan didalamnya mulai jenis pekerjaan yang dipilih hingga gaji yang tidak sesuai.

Awalnya ditampilkan pekerjaan buruh tani salah satunya buruh yang bekerja di ladang leeks (jenis sayuran yang menyerupai daun bawang tapi lebih besar). Tugas mereka memotong dan membersihkan leeks. Mayoritas pekerja berasal dari Portugal, sebagai catatan bahwa imigran terbesar yang masuk dan bekerja di Inggris berasal dari Portugal. Pekerja dibayar sekitar £ 6.00 per jam atau £ 48 per hari dengan perkiraan waktu kerja 8 jam. Jam kerja mereka tidak menentu, tergantung permintaan pasar akan leeks. Kadang mereka hanya kerja 5 jam per hari karena permintaan rendah dari supermarket dan tak jarang saat musim dingin tiba mereka dirumahkan dan hanya mendapatkan £ 3000 per tahun. Pekerjaan buruh tani ini berada di level paling bawah setara dengan pekerjaan cleaner dan penjaga toko.

Ada komplain dari social worker (biasanya mereka adalah perawat yang menemani para jompo) karena gajinya hanya sekitar £ 6 per jam yang kenyataannya lebih sedikit dari gaji para pengangkut sampah yang mencapai £ 9 per jam. Akhirnya social worker ini mengajukan surat tuntutan ke council (pemerintah daerah) untuk penyamarataan gaji. Di dalam suratnya dia menuliskan bahwa walaupun pekerjaan social worker yang notabene banyak dilakukan oleh perempuan, tidak membutuhkan tenaga kuat tapi tingkat kesulitannya cukup tinggi. Diperlukan kesabaran, ketelitian dan keuletan untuk menjadi social worker. Sekitar sebulan kemudian datang surat dari council yang menyatakan permintaan maaf disertai sebuah cek sebesar £ 30.000. Bagaikan menang lotre, perempuan itu senangnya bukan main.

Selanjutnya ada sebuah pekerjaan yang menurut saya unik, merapikan lemari pakaian orang. Ya, ini sebuah pekerjaan. Pekerjaan yang termasuk dalam kategori orginizing people. Kate beserta beberapa temannya yang kemudian dijadikan sebagai asisten membuat sebuah usaha jasa dengan menawarkannya kepada orang-orang yang tidak punya waktu untuk merapikan lemari. Sasaran mereka adalah selebritis, penguasaha hingga menteri. Diperlihatkan Kate bersama para asistennya melipat pakaian, menaruh baju hingga sepatu berdasarkan warna hingga memotret satu persatu sepatu artis untuk dijadikan katalog dan memudahkan artis tersebut mencari sepatunya yang jumlahnya ratusan. Tahu tidak berapa gaji Kate? Per hari dia dibayar £ 450 atau setara dengan gaji seorang cleaner per bulan. What a job! Easy, fun and make loads money.

Kemudian ulasan ini beralih ke pekerjaan religus. Para rabbi untuk Yahudi, pendeta dan pastur untuk Kristen dan Imam untuk muslim ternyata merupakan pekerjaan serius dengan gaji yang lumayan. Mereka rata-rata dibayar oleh council sebesar £ 10.000 per tahun. Yang tentunya para pemuka agama ini dipiih oleh umatnya masing-masing dan mereka harus menjalankan profesi ini secara profesional. Profesional dalam artian tidak boleh lagi mencari pekerjaan lain. Saya lalu membandingkan dengan keadaan di Indonesia dimana para imam mesjid/ ustads bukan merupakan sebuah pekerjaan tapi kerelaan karena mereka tidak di gaji. Kalaupun mereka mendapatkan uang karena status mereka sebagai imam/ustads itu karena hasil derma dari umat.

Ditampilkan pula pekerjaan seorang tentara baik itu di darat, laut maupun udara. Sebagai catatan, menjadi seorang tentara di Inggris sifatnya kontrak. Artinya tentara merupakan pekerjaan hampir yang statusnya sama dengan lain yaitu memakai sistem kontrak. Berbeda di Indonesia, sekali menjadi tentara maka selamanya tentara. Kadang seorang tentara hanya menjadi tentara selama 5 tahun lalu selanjutnya memilih karir sebagai pegawai bank. Kembali ke soal gaji, menurut pengalaman seorang tentara, dia merasa rugi telah masuk menjadi ke militer karena jika dirinci gajinya dahulu sebagai penjaga toko sepatu lebih besar dari gajinya sekarang sebagai tentara yang hanya £ 2 per jam. Namun yang menggiurkan adalah terdapat gap yang sangat besar antara gaji prajurit yang hanya sekitar £7000 per tahun dengan gaji seorang Jendral yang mencapai £ 50.000 per tahun. Sedangkan menurut hitungan, seorang British termasuk golongan sejahtera apabila dia berpenghasilan minimal £ 20.000 per tahun. Yang termasuk ke dalamnya adalah konsultan dan manajer.

Dan akhirnya kita mencapai tingkat paling atas yaitu level pekerjaan dengan gaji tertinggi. Menurut hasil penelitian, gaji CEO dan presiden direktur perusahaan adalah yang tertinggi mengalahkan gaji seorang PM (Perdana Menteri). Dalam jajaran CEO itu keluar beberapa nama yang berasal dari presiden direktur perusahaan jasa hingga tambang. Nama yang keluar sebagai orang dengan gaji paling tinggi di Inggris adalah Robert E. Diamond, presiden direktur Bank Barclays dengan gaji per tahun £ 250K.

Masih berminat mengail rezeki di Inggris?

Labels:

9 Comments:

    • At 13 January 2008 at 14:58:00 GMT-8, Blogger Riza Solo said…

      Menarik sekali Mbak.

      Kalau sebagai dependent, kebanyakan orang kita kerja apa ya? InsyaAllah Juli-September ini kami sekeluarga menemani istri yang ambil PhD di Birmingham.

      Salam kenal.

       
    • At 13 January 2008 at 22:43:00 GMT-8, Blogger | A | d | i | N | k | said…

      Ck ck ck.. duit semua itu kah yg 250K?

      kalo golongan sejahtera di Britain minimal 20K pertahun, di Indonesia berapa ya?

       
    • At 14 January 2008 at 23:54:00 GMT-8, Blogger Daeng Ipul said…

      "Masih berminat mengail rezeki di Inggris?"

      ya iyyalah masih berminat..secara Inggris gitu lho..hehehe...tapi paling tidak setaun dua tahun mo, kalo kelamaan juga pasti ndak tahanka'..ndak bisa makan coto tiap hari..hehehe...

      btw, pindah rumahma Pit..datang2ki ke http://daenggassing.com nah..?, thank you..

       
    • At 16 January 2008 at 07:01:00 GMT-8, Anonymous Anonymous said…

      @riza di Solo:
      biasanya kerja yang jauh dari harapan sih,soalnya mereka lebih mengutamakan lulusan sini.tp tentu selalu ada jalan..:) slm kenal juga ya..oya,kalau mau info banyak ttg Birmie bisa kirim email: rusnifitri@yahoo.com
      @adink:
      iyee..uang semua itu adink.kalau per orang sepertinya belum ada penelitian ttg tingkat kesejahteraan tp klo keluarga bisa merujuk ke standar pemerintah.
      @ipul:
      harus memang tahan makan coto atau bs juga bikin sendiri.jadi kpn ke sini? :)

       
    • At 17 January 2008 at 09:38:00 GMT-8, Anonymous Anonymous said…

      denger-denger klo disana cari kerja cepet ya? tapi dipecat nya juga cepat, is it true?

       
    • At 22 January 2008 at 01:15:00 GMT-8, Blogger Unknown said…

      so,jadi kalian hendak memilih menetap di kampungnya harry potter? kalo iya, kubombe-ko...:(

       
    • At 23 January 2008 at 05:04:00 GMT-8, Blogger soeltra said…

      pit,pit,klo akuntan gajinya gede gak yaaa???hahaha....tp yg sy yakini pendapatan/gaji gak berbanding lurus dgn kebahagian [hallahhh! sok tua dehh..!]
      tekker yaa..slm buat ponakan 'n sniorku
      salam...

       
    • At 24 January 2008 at 01:56:00 GMT-8, Blogger dmruli said…

      kalau dibandingkan dgn gaji di Indonesia pada level yg sama, mungkin tidak ada apa2 nya

       
    • At 30 January 2008 at 08:40:00 GMT-8, Blogger Jonquilles said…

      kalau diberi kesempatan lagi.... ya tentu saja masih berminat. Saya sering kangen dgn kerjaanku di sana, apalagi saat pembagian bonus hahaha. My very first proper job ya di England. Walaupun bukan asli sana, tapi sy tdk pernah mendpt perlakuan yg berbeda dgn warga asli.

      Ulasanmu bagus sekali Pit, tapi bikin kangen ka' sama England.

       
    • Post a Comment
26.12.07

Belanja..belanja..belanja..!!

Jika di Indonesia belanja gila-gilaan ditemukan menjelang Hari Raya Idul Fitri, di Inggris ini yang notabene mayoritas kristiani, perayaan Natal merupakan puncaknya. Sebulan sebelum natal berlangsung, toko-toko sudah mulai memajang poster sale plus 70 % dan para pendatang dari kota-kota kecil mulai berdatangan. Kota besar seperti tempat gula yang dikerumuni komunitas semut. Semuanya datang dengan tujuan yang sama, belanja.


Menurut catatan BBC tingkat perputaran uang yang paling tinggi saat Christmas event ini. Untuk Debenhams saja telah meraup sekitar 3,57 million poundsterling khusus untuk pembelian online. Bagaimana dengan koleganya seperti Mark&Spencer, Next atau Zara? Rata-rata toko kelas atas itu memetik angka yang tidak jauh beda. Namun paling banyak dihabiskan untuk pembelian secara online yaitu sekitar 7 billion poundsterling.

Banyak orang memilih belanja melalui internet karena merasa lebih praktis dan terhindar dari pemborosan waktu dan tenaga. Plus mungkin juga malas keluar rumah karena cuaca yang berkisar 3 hingga -2 derajat. Pilihan ini tentu saja tetap beresiko. Selain kemungkinan account yang dihi-jack, waktu pengiriman barang tidak lagi sesuai dengan yang dijanjikan.

Royal Mail selaku perusahaan pengiriman barang terbesar di UK mengaku kewalahan dengan banyaknya pengiriman barang, belum lagi dengan menumpuknya kartu natal. Jumlah tenaga dan mesin mereka tidak sebanding dengan barang yang keluar masuk sehingga menimbulkan penumpukan barang di gudang.

Tidak sedikit pemesan yang mengeluh. Seorang teman yang memesan sebuah audio-amplifier dari eBay belum juga sampai. Padahal rencananya, barang itu merupakan kado Natal untuk saudaranya. Dampaknya juga terasa bagi teman yang lain yang kebetulan memesan sebuah PDA bulan ini. Juga dengan keluhan yang sama, barang yang dijanjikan hanya seminggu mesti menunggu hingga berakhirnya Natal dan Tahun Baru. Itu berarti dua kali lipat dari waktu normal pengiriman.

Prediksi meningkatnya laju konsumtif akan tetap berlangsung hingga tahun baru. Lihat saja hari ini yang merupakan Boxing Day. Ritual belanja sehari setelah natal dengan bantingan harga yang sangat fantastis. Tidak semua toko menggelar Boxing Day, hanya ada beberapa saja. Biasanya seminggu sebelumnya kita akan lihat iklannya di tv, toko mana saja yang buka saat Boxing Day. Belanja sehari ini butuh pengorbanan kalau mau mendapatkan barang bagus dengan harga yang sangat murah. Tidak sedikit yang mengantri sejak jam 6 pagi, biasanya toko buka jam 7 khusus di Boxing Day, lengkap dengan berbagai persiapan belanja di depan toko sasaran. Saat itu, hukum rimba pun berlaku, siapa yang kuat dan cepat dia yang dapat.

Menggiurkan memang bila mendapatkan sepatu kulit merek Clarks dengan harga £ 30 yang normalnya berharga £ 70 atau jaket kulit merek Next dengan harga £ 20 yang biasanya £ 65. Malah untuk tivi flat yang biasanya £ 500 bisa turun sampai £ 100. Bisa dibayangkan berapa banyak mata yang sedang mengintai harga bagus ini. Banyak pula yang mengeluh kebablasan belanja, malah ada barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan tapi ikut terbeli.

Entah berapa banyak orang yang sekarang sedang berdesakan di pusat-pusat perbelanjaan. Dan berapa banyak pula transaksi uang hanya untuk memuaskan nafsu badaniah, budaya hedonis dan konsumtif ini?untung ritual belanja ini hanya sekali setahun. Saya tidak berani bayangkan jikalau saja dijadikan sebagai ritual bulanan.

Suatu kali seorang teman pernah bertanya, kenapa ya hari besar keagamaan sering identik dengan belanja besar-besaran? Saya kemudian berfikir bahwa pertanyaan ini memang seharusnya telah ada sejak budaya konsumtif lebih dominan dibanding memaknai hari raya dengan religius. Entah sejak kapan ini bermula. Mungkin sejak kapitalis mulai bergurita, pikirku.

Labels:

3 Comments:

    • At 26 December 2007 at 18:59:00 GMT-8, Blogger | A | d | i | N | k | said…

      Jadi kita iyya, sempat borong apa nih?

       
    • At 27 December 2007 at 04:18:00 GMT-8, Blogger soeltra said…

      membaca ini jd mengingatkan sy ma org2 di ktr, dlm konteks belanja sbg hobi manusia era ini [mgkn seterusnya].
      awal ngantor mereka blg "nanti kmu jg stlh 1 atau 2 bln kerja dsini bakal suka belanja, beli baju, sepatu, make up,dll"

      lalu sy mnjawab santai dgn ptanyaan "ohh..gitu ya mba?

      tp slama 6 bln sy bkerja dsini blm tbukti,hehehe...apalg make up (paling tdk mgkn)

      blanja cm scukupnya, jk butuh.sdangkan utk membeli buku, patutkah dibilang belanja? secara sy butuh :D

      [tp sy tmasuk anak akuntansi yg boros,huehueheu...]

       
    • At 30 December 2007 at 06:08:00 GMT-8, Anonymous Anonymous said…

      @adink:
      maunya sih borong tapi nda bisa kodong krn susah klo sudah jadi ibu hamil
      @soeltra:
      hehee..make-up no,book yes!sepakat sist..

       
    • Post a Comment
20.8.07

HUT Proklamasi di Birmingham Inggris, menunggu “Weekend”

Foto bersama sebelum pulang

Foto bersama lagi

Lomba lari kelereng,eh coklat
Berteduh dari cuaca buruk, menggelar "upacara" di bawah tenda



Mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) dan warga Indonesia lainnya di Birmingham Inggris harus sabar menunggu akhir pekan untuk merayakan HUT Proklamasi ke-62. Hari Proklamasi yang tahun ini jatuh pada hari Jumat membuat mereka terpaksa menunda dua hari perayaan ini. Cuaca buruk tidak menghalangi niat menggelar peringatan proklamasi, sebagaimana dilaporkan Rusni Fitri berikut ini. (p!)

Laporan cuaca hari Minggu (19/8), menunjukkan suhu berkisar 10 -15 derajat celcius dengan guyuran hujan dan angin kencang di seluruh wilayah Birmingham. Kabar ini membuat mahasiswa Indonesia yang bersiap mengikuti perayaan HUT Kemerdekaan ke 62 mengamati perubahan cuaca dengan harap-harap cemas. Akan batalkah kegiatan ini mengingat kondisi cuaca yang tidak memungkinkan mengadakan kegiatan di luar rumah? Apalagi sebelumnya sempat beredar kabar bahwa acara tahunan ini tidak jadi dilaksanakan karena cuaca buruk yang terjadi sejak seminggu terakhir.

Untunglah cuaca tidak menjadi alasan. Setelah menghubungi salah seorang panitia, saya mendapat penjelasan bahwa perayaan HUT RI ke-62 yang harus diundur ke hari Minggu ini tetap dilaksanakan.

Sudah sejak jauh hari panitia dari PPI Birmingham mengadakan sosialisasi kegiatan. Baik melalui orang per orang maupun mailing list. Panitia menetapkan hari Minggu karena pada tanggal 17 Agustus kegiatan kuliah dan kerja tetap jalan seperti biasa. Namanya juga negara orang, tentu tidak ada libur 17 Agustus-an seperti di Indonesia.

Bagaimana perayaan kemerdekaan yang dirancang mahasiswa ini? Ada beberapa kegiatan yang disodorkan, di antaranya berbagai lomba dan bazar makanan Indonesia.

Pukul 12 siang, sudah banyak orang yang berkumpul. Cuaca masih bersahabat, hanya semilir angin yang membelai. Panitia sudah membersihkan lapangan Aston Park tempat acara berlangsung. Tidak ada meja, kursi ataupun tenda-tenda besar. Hanya ada sebuah tenda kecil berkapasitas 10 orang. Itu pun tidak terpakai karena kami menggunakan alas duduk yang digelar lapangan terbuka untuk tempat duduk sekaligus sebagai tempat ibu-ibu menjual masakannya. Kegiatan ini benar-benar jauh dari kesan mewah.

Masakan Indonesia langsung diserbu pembeli


Di tempat berlangsung kegiatan, aroma berbagai masakan Indonesia begitu menggoda. Acara makan siang menjadi pembuka perayaan. Saya sendiri bingung mau makan yang mana terlebih dahulu. Ada siomay, bakso malang, rendang, nasi padang, mie ayam. Rasanya mau mencicipi semuanya karena masakan khas Indonesia jarang ditemui. Bukannya saya malas masak, tapi bahannya yang mahal dan langka.

“Makanannya enak dan lumayan buat mengobati rindu makanan Indonesia, “ ujar Abdullah Faqih, mahasiswa S2 yang indekos dan sehari-harinya harus masak sendiri. Lain lagi buat Wanda, dia beserta suami dan kedua anaknya sengaja datang untuk makan siang. “Mumpung ada bazar jadi puas-puasin makan apalagi makanan seperti ini susah kalau buat sendiri," ujarnya sambil siap sedia memesan beberapa kotak untuk dibawa pulang. Selain berjualan makanan, ada peserta bazar yang menjual bumbu dan bahan makanan Indonesia di salah satu pojok. Ada serai, jeruk nipis, petai hingga berbagai jenis mi instan yang diimpor langsung dari Indonesia.

Masing-masing ibu yang menjual masakan minimal punya persediaan 30 porsi tiap jenis makanan. Harga sekotak siomay dijual £ 2.50 (sekitar Rp46.000) sedangkan yang paling mahal nasi padang £ 3.00 (kurang lebih Rp56.000). Rata-rata seorang peserta minimal membeli dua jenis makanan untuk disantap di tempat, dan membeli lagi untuk dibawa pulang. Saya sendiri makan sekotak siomay dan bakso plus sekotak dendeng untuk di bawa pulang. Hitung-hitung, lumayan untung juga menjual masakan khas Indonesia di acara bazar seperti ini. Hanya dalam waktu satu jam jualan para ibu yang masing-masing telah dikenal pandai masak itu sudah habis terjual.

Bertahan di tengah cuaca buruk

Tepat selesai acara makan, tiba-tiba angin berhembus kencang disusul hujan yang semakin lama semakin deras. Kami semua panik dan berkumpul di bawah tenda. Rupanya tenda tunggal tidak bisa menampung kami yang berjumlah sekitar 30 orang ditambah anak-anak. Maka jadilah lembaran plastik yang tadinya menjadi alas duduk disulap menjadi tenda, dengan ditopang bersama menggunakan tangan. Tenda-tenda darurat pun didirikan, bahkan sebuah tripot milik seorang mahasiswa harus rela digunakan sebagai penyangga tenda.

Di sela-sela cuaca buruk ini panitia berinisiatif mengisinya untuk acara penghormatan HUT Kemerdekaan RI. Kami bersama-sama mengheningkan cipta lalu dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan terakhir berdoa untuk pahlawan serta bangsa dan negara. Walaupun tidak ada pengibaran bendera namun upacara di bawah tenda ini begitu khidmat. Hanya ada sebuah bendera yang telah dipasang di antara tiang penyangga tenda tunggal. Kepada bendera itulah kami hormat sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya. Detik-detik berlangsungnya upacara ini terasa menggetarkan tentu saja.

Hampir satu jam kami berteduh menuggu hujan reda. Anak-anak kecil sudah tidak sabar ikut lomba. Panitia pun akhirnya memutuskan segera mengadakan lomba di tengah hembusan angin yang masih kencang.

Pertama adalah lomba memasukkan pensil ke dalam botol. Lomba kali ini membutuhkan waktu lebih banyak tingkat kesulitan lebih tinggi dari biasanya, karena kondisi angin yang tidak bersahabat. Seorang anak yang berada di urutan terakhir menyedot perhatian penonton. Dia begitu gigih dan berusaha keras walupun badannya telah menggigil kedinginan tapi tetap lucu juga karena wajahnya yang ekspresif.


Lomba lari kelereng? Bukan, lomba lari permen coklat...

Untuk mengadakan lomba khas Indonesia, panitia juga berpikir kreatif, misalnya mengganti karung dengan plastik sampah berukuran besar yang berwarna hitam. Sedangkan untuk lari kelereng digantikan dengan permen coklat berbentuk dan sebesar kelereng. Lomba lari menggunakan permen coklat ini yang harus beberapa kali diulang karena beberapa anak entah secara sadar atau tidak sadar memakan coklatnya di tengah pertandingan. Tak ayal lagi, lomba ini yang menjadi favorit anak-anak.

Tak ada karung, plastik sampah pun jadi...

Melihat serunya perlombaan yang berlangsung, orang dewasa pun akhirnya ikut lomba. Maka bertambahlah lomba menjadi versi anak-anak dan versi dewasa. Tiap lomba yang telah diselesaikan anak-anak maka selanjutnya untuk dewasa. Ibu-ibu dan bapak-bapak layaknya para pendekar yang turun gunung. Anak-anaknya tidak kalah ribut menyoraki orang tua mereka yang berlomba. Mahasiswa yang sedang stres menyelesaikan tugas akhir pun ikut lebur dalam kegembiraan lomba, sejenak melupakan disertasi mereka yang sudah dekat deadline.

Hari sudah beranjak sore dan cuaca semakin buruk. Penerimaan hadiah dan foto bersama menjadi acara penutup. Peringatan hari kemerdekaan kali ini sangat sederhana dengan jumlah orang yang tidak banyak. Namun kegembiraan begitu lekat di wajah kami yang bisa berkumpul sebagai masyarakat Indonesia yang sebangsa dan setanah air di tanah rantau, merayakan kemerdekaan Indonesia. (p!)

*Citizen reporter Rusni Fitri dapat dihubungi melalui email : rusni.fitri@gmail.com

Labels:

2 Comments:

    • At 22 August 2007 at 20:03:00 GMT-7, Blogger Daeng Ipul said…

      bagaimana rasanya merayakan kemerdekaan negeri sendiri di negeri orang ?...tergetarkah hatimu..?, rindukah dirimu..?

      kata temanku, saat ikut merayakan kemerdekaan di konjen RI di Inggris, dia sempat menitikkan air mata...

      hhhh..apapun itu, selamat ulang tahun bwat negeriku..hope everything will better than now...

       
    • At 5 September 2007 at 02:12:00 GMT-7, Anonymous Anonymous said…

      merdeka,
      saya kadang lupa apa pentingnya buat saya. mungkin karena saya ndak ikut berjuang waktu jaman perang dulu.
      yg saya tahu arti merdeka hanya saat saya selesai OPSPEK di kampus dulu...wuh...rasanya kembali jadi manusia lagi...

       
    • Post a Comment
15.8.07

Jika Pulang Kampung

Tadi pagi saya menerima email dari teman di Birmingham yang sudah pulang ke Indo sejak tiga bulan lalu. Banyak cerita yang dituliskan. Salah satunya tentang seorang anaknya yang tiba-tiba terbebas dari kelainan kulit (excema). Anaknya yang berumur hampir dua tahun ini langsung memiliki kulit yang mulus dan tidak lagi terkelupas. Bahkan gejala membaiknya mulai terlihat setelah meninggalkan UK dan transit di Dubai. Mungkin saja kelainan ini karena anaknya itu punya tubuh tropis dan tidak cocok dengan cuaca Birmingham walaupun lahir disini.

Lain lagi cerita teman yang lain yang sudah 8 tahun tinggal di Birmingham dan baru juga beradaptasi dengan lingkungan Indonesia. Kelima anaknya harus mengambil les privat Bahasa Indonesia karena kesusahan mengikuti pelajaran di sekolah. Kebetulan di daerah tempat mereka tinggal belum ada International School, jadi mereka harus terpaksa masuk di sekolah negeri dengan penyetaraan. Memang sejak di Birmingham anaknya tidak pernah dibiasakan berbahasa Indonesia. Orang tuanya yang asli Jawa bercakap sehari-hari di rumah memakai bahasa Jawa. Sedangkan untuk sekolah dan bergaul anak-anaknya memakai english. Alhasil kelima anaknya fasih berbahasa jawa plus english.

Bahkan salah satu anaknya harus rela pulang balik sekolah karena salah memakai seragam padahal sudah diumumkan pada saat upacara bendera juga dikelas masing-masing. Tapi karena dia belum mengerti betul Bahasa Indonesia maka bersusah payahlah orang tuanya pulang balik sekolah menjelaskan. Lagian juga, menurut anaknya, biasanya kalau ada pemberitahuan melalui surat dari sekolah. Anaknya masih memiliki pikiran dan perilaku seolah masih bersekolah di Birmingham.

Belum lagi adiknya yang paling kecil. Tidak mau minum susu kalau bukan produk Inggris. Padahal Ibunya sudah membelikan seribu satu macam merek susu yang ada di supermarket tapi anaknya tidak mau minum karena rasanya beda. Terang saja, susu disini segar dan expire date-nya hanya seminggu. Jadi terasa betul susunya yang tanpa pengawet.

Mungkin seperti inilah gambaran umum masalah yang akan dihadapi para orang tua yang membesarkan anaknya di negara maju. Tidak sedikit yang harus menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk bisa hidup normal kembali sebagai orang Indonesia yang mempunyai kebiasaan dan sikap seperti kebanyakan orang Indonesia. Merubah tingkah laku dan kebiasaan cenderung memakan waktu tapi bukan tidak mungkin.

Saya juga mulai khawatir kalau pulang nanti. Tiap hari saya sarapan dengan honey nut cereal plus whole milk pun sebelum tidur harus minum susu dulu segelas. Ngemil biasanya panggang croissant pake chocolate spread. Itu kalau makanan. Belum lagi lingkungan. Jalanan disini tidak berdebu dan hampir tidak pernah macet, pengendara sepeda motor pun sangat jarang apalagi kalau winter tidak ada sama sekali. Kemana-mana saya terbiasa naik bus atau train. Tidak pernah macet, tepat waktu dan tidak sesak. Jadwalnya pun bisa diketahui via internet atau hanya sms. Membayar seluruh tagihan tinggal potong saldo di bank. Semuanya simple dan teratur.

Bagaimana dengan seluruh kebiasaan itu?bagaimana menggantikannya dengan yang baru?Sepertinya berat.Tapi itu nanti, kan masih ada setahun insya allah. Mau minum susu dulu ah..

Labels:

4 Comments:

    • At 15 August 2007 at 19:24:00 GMT-7, Blogger Daeng Ipul said…

      Pit..
      ceritamu di atas mengingatkan saya sama seorang bapak di kantor yg pernah tinggal di Lyon selama 5 tahun. kebetulan kedua anaknya juga lahir di sana. pulang ke Indonesia, yg paling menderita akibat perubahan budaya adalah anak-anaknya (waktu itu baru berumur 4&5 thn). anak-anaknya sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia, dan sayangnya orang2 di sekitarnya jg tidak bisa berbahasa Prancis. kalau bahasa Inggris mgkn msh banyak ya..akhirnya setiap hr sang anak hanya punya 2 orang yg bisa diajak komunikasi.

      bayangkan saat Ibu-bapaknya ke kantor. kedua anak itu hanya tinggal di rumah , bengong, susah komunikasi dengan org lain. mau beol juga susah, karena menganggap WC di sini jorok, jalan2 ke mana juga nggak mau karena jalanan becek ato berdebu. pokoknya kasian sekali. oya, satu lagi..kulitnya jadi rusak, gatal2 dan kayak korengan. rupanya kulitnya ndak cocok sama alam tropis.

      kondisi ini berlangsung agak lama, hampir setahun sebelum akhirya dia berangsur2 bisa beradaptasi dengan Indonesia. bahkan 8 tahun kemudian (hari ini) mereka berdua sudah lupa sm bahasa Prancisnya, mereka malah sudah lancar berbahasa Makassar.

      bapaknya sendiri sampai sekarang masih terus menjaga tradisi teratur dan rapi bawaan dari Perancis. di kantor berliau terkenal sebagai org yg sangat rapih, bersih, dan taat lalu lintas...pokoknya jadi keliatan aneh di antara orang2 Indonesia..

      kalo Fitri, sy yakin besok2 juga mgkn kena shock culture lagi, tapi mudah2an bisa mempertahankan yg baik2 yg dibawa dr Inggris. satu lagi, nanti croisant-nya diganti sama buroncong, putu cangkir n sanggara unti...hehehe..

      btw Fit, sy lagi sedih n kesal gara2 EPL tidak ditayangkan free TV di sini....:(, kangen mo liat aksinya pemain2 MU, Liverpool, Arsenal, dll...

      hhhh...

       
    • At 16 August 2007 at 08:37:00 GMT-7, Anonymous Anonymous said…

      thanks Daeng Ifool.mudah2an nanti nda lama shock culture-nya.oya,disini juga klo mau nonton EPL harus langganan di SkySport £10/bln tp yg free highlight-nya di BBC.kadang-kadang juga langsung nonton di stadionnya,hehee..

       
    • At 17 August 2007 at 06:54:00 GMT-7, Anonymous Anonymous said…

      pit, ceritamu bagus de'. Mending nah yg pulang kampung. Saya saja yg pulang ke kampungnya daeng harus banyak adaptasi juga. Di sini toh jarang ada susu segarnya seperti yg di Inggris dari berbagai macam merek dan pilihan.
      Trus masih banyak kebiasaan2 disini yg masih perlu diadaptasi. Tantangan juga buatku.
      Kalau mau tau angin2nya hmm kayaknya sih kayak di Enrekang. mirip2 deh kalau dipaksakan hehehehe. Tengah2 kotanya juga ada dua sungai yg bertemu, mirip ji kampungku.

      Jangan2 kau tidak pulang2 mi nanti Pit..

      Salam sayang dari Belgia.

      ps. maaf jarang2 mi saya tengok blogspotku.

       
    • At 18 August 2007 at 03:46:00 GMT-7, Blogger keep smile said…

      Betul pit, pulang ke indo kemarin aku juga sempat butuh waktu untuk penyesuaian. Kebiasaan di US, gak bisa buang sampah sembarangan, eh giliran di Indo, tasku ampe penuh sampah, karena setiap habis makan apapun langsung bungkusnya masukkan tas. Niatnya sih entar kalau ada tempat sampah di buang. Seperti yang kamu tahu sendiri, di Indo tempat sampah gak disemua tempat tersedia. Jadinya sampah-sampah itu ngendon di tasku. Aku juga akan ngomel-ngomel kalau ada orang buang sampah sembarangan. Tapi aku malah dilihat aneh tuh.

      Adapatasi dengan udara juga sangat sulit. 2 minggu pertama aku kebingungan karena selalu kepanasan.

      Jadi...hidup memang perjuangan.

      Yuk minum susu dulu biar gak kena cacar air lagi hehehhe

       
    • Post a Comment
4.7.07

Cerita-cerita tentang Global Warming

Beberapa hari terakhir, hujan turun tiap hari. Kadang disertai angin kencang. Suhu masih berkisar antara 10 hingga 15 derajat. Bukan hal yang biasa pada term summer begini. Sekarang sudah masuk bulan July itu berarti summer seharusnya sudah terasa. Tapi tiap keluar rumah saya harus tetap mengenakan jaket dan siap membawa payung.

Global warming, begitu orang-orang dijalan pada annoying. Di televisi juga ditayangkan dampak global warming hingga membuat cuaca tidak menentu. Ditambah lagi mencairnya es dikutub utara. Sebagian daerah dari di kutub yang juga menjadi pemukiman orang-orang eskimo tidak lagi ditutupi oleh es. Mereka dapat melihat warna tanah dan sungai es yang mengalir deras. Belum lagi banjir dibeberapa tempat di Inggris akibat meluapnya sungai karena tidak bisa lagi bermuara ke laut yang penuh akibat mencairnya es.

Sebenarnya issu global warming telah ada sejak beberapa tahun lalu. Bahkan banyak expert yang telah mengusulkan langkah konkrit pencegahan. Tapi efek domino global warming tetap menyerang beruntun. Tetap saja pemakaian listrik yang berlebihan, gas buangan kendaraan, alat-alat rumah tangga yang menghasilkan banyak kabondiokasida berjalan seperti hari-hari biasa. Bahkan untuk angka penjualan kendaraan yang belum memenuhi standar emisi masih meledak dibeberapa negara. Budaya konsumtif dan gaya hidup menghimpit kesadaran kita untuk melihat sepuluh tahun kedepan.

Bukan hanya mereka tapi saya, anda dan tetangga sebelah rumah juga turut menikmati akibatnya. Saya tidak mempunyai masalah dengan cuaca atau suhu. Selama itu masih bisa dikompromikan dengan jaket dan payung. Walaupun kadang payung saya hampir terbang atau terlipat karena angin kencang. Tapi apakah saudara-saudara kita yang terkena banjir bisa berkompromi?saya rasa tidak.

Mungkin suara saya hanya sebagian kecil dari unek-unek masyarakat dunia. Unek-unek yang belum tentu terdengar para pemimpin dan pemegang kapital. Saya, anda, kita berharap mereka mendengar supaya ada langkah pasti. Seorang expert menjelaskannya di majaah Focus asuhan BBC. Bahwa dengan mengurangi jumlah penerbangan (menurut dia pencemaran yang tinggi dari pembakaran avtur pesawat) lalu kendaraan seperti kereta api dan any vehicles serta asap buangan dari pabrik industri bisa mereduksi setidaknya 30% global warming per tahun jika dilakukan dibeberapa negara. Terutama di negara yang limbah buangannya cukup besar.

Mungkin bagi kita yang membaca, urusan mereduksi 30% itu merupakan urusan pemerintah. Mungkin ya mungkin juga tidak. Karena pemerintah sebagai pembuat regulasi butuh support dari elemen masyarakat. Jika kita bersabar untuk bisa mengefesienkan transportasi, kita bisa membantu pemerintah. Kita bisa mengurangi rasa bersalah karena telah mengendarai mobil yang mencemari udara.

Saran saya mulailah dengan berjalan kaki. Toh dampak bagi kesehatan juga sangat baik. Berjalan kaki pergi kerja selalu saya terapkan. Apalagi disini lebih lama kita menunggu bis daripada naik bis-nya. Beberapa teman saya juga memilih sepeda sebagai angkutan favoritnya. Lalu penggunaan alat-alat rumah tangga yang berpotensi mengeluarkan karbondioksida. Hitter (pemanas ruangan) di flat saya sudah lama dimatikan. Sejak musim dingin (walaupun sekarang masih lumayan dingin) hitter kami tidak lagi berfungsi. Beberapa teman sempat protes waktu datang ke rumah karena mereka tidak merasa hangat. Karena menurut saya dinginnya sekarang masih dalam taraf wajar.

Nah, jangan mengeluh saja karena terkena dampak global warming. Berbuat sesuatu yang nyata dong. Sekalipun itu hanya berdampak 0,01 % untuk mereduksi. Tapi sesuatu yang besar kan datangnya dari yang kecil-kecil, benar nda?

Labels:

6 Comments:

    • At 5 July 2007 at 18:12:00 GMT-7, Blogger Daeng Ipul said…

      di Makassar juga sama Mbak (eh, ndak papaji sy panggil Mbak, kah..?). harusnya sudah musim kemarau, tapi tiap hari ujan, sampe2 daerah Bone dan Wajo mulai banjir.

      salahnya karena memang masyarakat masih kurang yg mau peduli dengan masalah global warming, buktinya volume kendaraan bermotor meningkat dengan drastis, jauh meninggalkan volume pohon yang ditanam.

      sayangnya pemerintah daerah juga tidak mampu membuat suatu langkah yg bisa membuat rakyat lebih senang naik sepeda ato jalan kaki, jalan kaki ato naik sepeda di Makassar ?, wuihhh boros di keringat...hehe..

      mungkin pemerintah daerah berpikir masih banyak hal lain yg perlu diatur...jadi ya sekarang tinggal bagaimana menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mulai mereduksi dampak global warming, walopun cuma 0,01 %...

      mungkin Mbak lebih beruntung karena tinggal di negara yg maju, yg mana otomatis pemikiran masyarakatnya jg lebih maju untuk lebih care pada bumi kita. hal yg masih cukup sulit buat masyarakat di sini, karena masih banyak persoalan lain yg menjadi skala prioritas..

      eniwei..postingan yang bagus...thumbs up deh..sudah cantik, pintar, care pula pada alam..:)

       
    • At 9 July 2007 at 00:06:00 GMT-7, Blogger Mamie Lily said…

      keseimbangan alam terganggu...
      gawat yah.. musim pun gak menentu.. apakah dah menjelang barat jadi timur, timur jadi barat?

      apakah ini karena manusia yang di beri akal hanya berpikir untuk kepentingannya sendiri, mengabaikan alam?

      semoga kita diberi petunjuk...
      thanks untuk pitt yang sudah mengingatkan :*

       
    • At 9 July 2007 at 18:48:00 GMT-7, Blogger UKMPA Edelweis FIBUH said…

      wah, salut nih buat mbak, bumi ini sepertinya butuh lebih banyak lagi orang2 yang memiliki pola pikir dan tindak seperti mbak. Kadang tindakan juga bisa jadi sesuatu pesan yang mudah diterima dan dilakukan juga oleh orang lain.

       
    • At 16 July 2007 at 23:40:00 GMT-7, Anonymous Anonymous said…

      Ohhh.... Pitte. Gimana Kbr ta..
      Di Inggris Cuaca lg tak menentu ya. Sepertinya, disini juga.Musim hujan dan kemarau sudah tak jelas lagi kapan waktunya.
      BTW apa sudah py Doel Yunior

       
    • At 16 July 2007 at 23:48:00 GMT-7, Anonymous Anonymous said…

      Hai... Pit
      Gimana Kbrx
      Di Inggris cuaca lagi tak menentu ya. Sepertinya sama dengan disini. Musim kemarau dan hujan sudah tak jelas lagi kapan waktunya.
      BTW dah py Doel Yunior ya..

       
    • At 17 July 2007 at 23:52:00 GMT-7, Anonymous Anonymous said…

      sebenarnya kalau jalan kaki, saya juga mau.
      tapi makassar,...
      hiks.. panas!
      ndak ada dukungan untuk pedestrian.
      hhhh...
      debu di mana2, mana bisa nyaman. hiks...

      tapi, makasih sudah mengingatkan.
      semoga banyak yg tergugah dengan tulisan ta'.
      :)

       
    • Post a Comment
21.2.07

Berdansa yuk..

Tiap sabtu sore di ITV 1 London, saya tidak pernah lupa untuk menonton Dancing On Ice. Sebuah kontes dansa di atas es. Jadi, sambil ber-ice skating mereka berdansa (atau sambil berdansa,ber-ice skating?). Yang jelas keterampilan yang mereka punya betul-betul memukau. Kadang mereka dengan lenturnya berputar 180 derajat atau mengangkat pasangan dengan satu tangan. Bukan sulap, bukan sirkus tapi berdansa. Saya pun berimaji bahwa betapa sulitnya mempunyai keterampilan seperti ini dan yang pasti mereka punya sedikit bakat. Paling tidak bisa ber-ice skating dulu, kan?

Kontes dansa di Inggris tak ubahnya kontes menyanyi yang sedang menjamur di Indonesia. Yah, saya tiba-tiba ingat kontes pertama yang dimunculkun oleh salah satu stasiun televisi swasta (stasiun yang negeri bagaimana kabarnya sekarang?). Peminatnya luar biasa banyak. Dan tiba-tiba semua orang senang bernyanyi. Dari muda-tua, miskin-kaya. Semua channel tivi punya program kontes menyanyi. Entah itu aliran pop atau dangdut.

Bahkan para pengusaha berduit jadi ikutan terangsang membuka peluang bisnis dengan membuka tempat karaoke. Dan sekali lagi, peminatnya pun luar biasa banyak. Mungkin sekarang 2 dari 10 orang di Indonesia memilih bernyanyi sebagai hobi (jadi ingat iklan pembalut wanita..?). Saya jadi ingat teman-teman saya yang terkena sindrom menyanyi ini. Yang dulunya kami biasa bertemu ditempat makan, eh, malah mereka mayoritas memilih karaoke. Betul-betul telah mewabah.

Namun di Inggris, kontes berdansa ini terkhusus bagi kaum elit (menengah ke atas, bouww…). Kaum level bawah mendapat bagian menonton. Hal ini memang telah terstruktur sejak dahulu kala. Menurut salah seorang teman British, dahulu hanya keluarga raja dan kaum bangsawan saja yang diperbolehkan untuk berdansa (bisa dibuktikan lewat cerita Cinderella dan film yang berlatar kerajaan). Hingga sampai sekarang, berdansa tetap menjadi ‘barang mahal’. Makanya yang ikut kontes ini adalah pedansa profesional berpasangan dengan selebriti atau orang terpandangnya Inggris yang tidak terlalu mahir berdansa. Melalui kontes ini mereka diharuskan untuk bisa menampilkan dansa yang menarik dan spektakuler. Jadi, buang jauh-jauh pikiran untuk menjadikan dansa sebagai batu loncatan untuk terkenal atau tiba-tiba bisa bermain sinetron.

Tidak heran bila menjadi seorang pedansa adalah cita-cita yang mahal. Soalnya, pakaiannya saja sudah hampir ratusan pound satu pasang. Belum lagi harus mengikuti kursus privat berdansa. Kursus ini lebih mahal ketimbang kursus instrumen di Inggris. Seperti cerita tentang seorang keluarga yang rela menghabiskan sekitar seribu pound per bulan untuk menggenjot anak mereka menjadi pedansa (bisa disaksikan diChannel 4, Dancing Kids). Tiga kali seminggu anak ini mengikuti kursus dansa oleh seorang pedansa profesional. Dalam tiga bulan si anak sudah siap mengikuti kontes dansa. Hasilnya tidak buruk, juara 2.

Ehm..ada yang berminat jadi pedansa profesional?

Labels:

0 Comments:

10.1.07

Life’s Cycle

Lahir
Akhirnya bisa juga melihat dunia setelah kurang lebih 9 bulan berada dirahim ibu. Yang biasanya harus mengambil sebagian oksigen ibu sekarang bisa bernafas sendiri. Yang biasanya hanya merasakan aliran darah dan mendengar detak jantung ibu sekarang bisa melihat bentuk ibu seluruhnya. Aku bukan lagi menjadi benalu dalam tubuh ibu. Tapi telah menjadi bagian dalam masyarakat manusia. Punya nama sebagai tanda pengenal pertama ku yang tidak bisa ku ganggu gugat karena menjadi hak preogatif orang tuaku.

Masa kanak-kanak
Saat ini otak bagian kiri kanan berkembangan sangat pesat. Seluruh human sensivity bisa kurasakan dan kuserap dengan cepat. Bahagia, sedih, menyakiti dan disakiti mulai kuartikan secara harfiah. Aku sangat senang bermain dilapangan dekat rumah dengan teman-teman, belajar naik sepeda roda tiga, nonton film kartun, melatih tanganku menulis dan mulai hafalkan lagu anak-anak. Memar di tangan dan kaki akibat jatuh dari sepeda, cubitan ibu dan perkelahian kecil khas anak-anak kadang membekas ditubuhku. Dan aku sangat merindukan malam karena terkadang ayah dan ibu menciumku saat mereka kira aku tertidur.

Masa dewasa
Aku mendapatkan masa pubertasku. Aku mulai tertarik terhadap lawan jenis. Mulai mencari tahu keinginan hati ku terhadap bentuk lawan fisik yang paling aku gemari. Walaupun masih sering juga tertarik terhadap lawan jenis yang juga digemari teman-temanku dan kaumku pada umumnya. Aku mulai mengikuti standar penampilan yang orang kebanyakan sepakati, aku mengikuti arus. Hampir seluruh tubuhku dikuasai oleh perkembangan zaman dan pergaulan. Sampai akhirnya aku mulai mencari frame bagaimana dan seperti apa aku sebenarnya.

Jodoh
Hingga sampai pada titik yang telah ditentukan akhirnya ku temui jodohku. Aku mulai mengenalnya dan dia mulai mengenalku, kami saling mengenal. Walaupun jodoh yang kudapatkan tidak sesempurna apa yang ada dialam fikiran ku (mungkin juga jodohku berpendapat sama) tapi kami tetap sepakat untuk saling memperhatikan kekurangan dan mengawasi kelebihan masing-masing. Berusaha sependapat untuk menjalani hari-hari selanjutnya.

Masa reproduksi
As human being yang diberi kelebihan reproduksi akhirnya aku dan kekasih yang halal kusetubuhi sengaja membuat garis keturunan kami tetap berjalan. Kami bertanggung jawab untuk merawat, membesarkan dan mengasuh dengan baik penerus keluarga yang memanggil kami ayah dan ibu.

Masa tua
Di masa ini kondisi fisik ku tidak lagi sekebal yang sebelumnya. Beberapa penyakit telah bersarang ditubuhku. Jatah hidupku sepertinya mulai berkurang. Aku mulai banyak istirahat seiring dengan pensiunan di tempat kerja. Waktuku lebih banyak ke keluarga yang terus menerus beranak pinak dan lebih memperdalam agama.

Mati
Aku kembali kepada-Nya. Setelah diberi kesempatan hidup serta memilih frame kehidupanku sendiri. Disinilah aku, tempat peristirahatan unlimited-ku dan yang selalu menantiku.

---a reflection for human being

Labels:

0 Comments:

23.12.06

Terbatas!Tempat setelah mati

Eits..jangan salah. Kita berbicara bukan mengenai dunia yang belum pernah kita sama-sama lihat. Bukan tentang dunia dimana buruk atau baik mendapatkan balasannya. Tapi mengenai yang lebih riil. Tentang lahan kuburan mulai sangat terbatas. Ini fakta dan terjadi di kota Jakarta.Bukan hanya tempat pemukiman yang mulai terbatas, tempat pembuangan sampah habis bahkan lahan pekuburan pun harus cari ke tetangga. Ada 15 Tempat Pemakaman Umum (TPU) disekitar Jakarta Pusat dan Barat yang sudah terisi penuh (Kompascybermedia). Bahkan sudah beberapa kali dibongkar pasang namun tetap tidak cukup untuk menampung mantan para penghisap oksigen dikuburkan. Tempat pun dialihkan ke lahan tetangga seperti Bogor, Bekasi dan Tangerang. Semoga saja penduduk di daerah-daerah tersebut tidak demo akibat hak kegunaan lahannya diambil oleh kiriman mayat-mayat dari daerah tetangga.

Memang ini menjadi masalah serius pemerintah kota Jakarta dan bahkan telah merambat ke kota-kota besar lainnya. Pusing tujuh keliling memikirkan nasib masyarakatnya setelah mati nanti. Namun tetap saja masyarakatnya yang tidak tahu diri dan masih tetap investasi ke hal yang bersifat duniawi. Resort, villa, apartemen menjadi tujuan paling banyak dilirik. Tapi memikirkan lahan seluas 1x2x3m untuk didiami saat ajal mendekap tidak pernah terlintas. Kadang malah harus menindih tengkorak keluarga sendiri dalam satu liang lahat. Walaupun ini memang diperbolehkan oleh aturan daerah dalam rangka mengantisipasi kekurangan lahan pekuburan namun kesadaran bagi masyarakatnya tetap dibutuhkan. Nah, bagaimana dengan anda sendiri?sudah punyakah tempat untuk istirahat panjang anda kelak?

Labels:

0 Comments:

8.12.06

Sorry, please..thanks..n how are u today?

Ini kali pertama kakiku bertandang ke negeri orang dan mungkin tidak pernah terbayangkan bisa berada disini. Ke tempat yang sangat jauh dari Indonesia. Membutuhkan waktu 14 jam terbang dengan pesawat dan perbedaan waktunya sekitar 8 jam. Yah, disinilah ruang dan waktu menempatkanku sekarang di Inggris. Negeri berbentuk kerajaan dengan mayoritas penduduknya termasuk golongan Ras Kaukasoid yang bertipikal kulit putih, tinggi dan berhidung mancung. Bisa dibayangkan betapa menonjolnya tipikal orang Indonesia sebagai Ras Mongoloid diantara penduduk asli negerinya Beckham ini.

Pesawat Emirats yang membawaku melintasi Samudera Hindia mendarat di Birmingham, kota terbesar kedua di Inggris setelah London. Dan memang inilah kota tujuanku dan menjadi rumah untuk menghabiskan 2 tahunku ke depan. Tiba di Birmingham, langsung disapa oleh suhu 8 derajat. Bad welome…was’nt it?bayangkan saja tubuh yang terbiasa dengan suhu 24 derajat tiba-tiba kena shock dengan suhu kulkas. Tapi ini kodrat alam, negara-negara eropa harus merasakan sedikit dinginnya kutub utara. Dan mungkin angin kencang yang berhembus di kota ini kiriman dari kutub utara sana yang sudah merasakan kepanasan akibat pemanasan global.

Beberapa hari di Birmingham membuatku sedikit canggung. Dengan cuaca, kondisi kota dan manusianya. Cuaca paling tinggi naik ke 10 derajat, kalau sudah sore selalu di bawah 6 derajat malah kadang sampai minus. Bayanganku waktu kecil dulu selalu menganggap bahwa hanya boneka salju yang bisa hidup disuhu kulkas milik ibu, yang lain pasti mati. Namun sekarang-walaupun memang tidak pernah membayangkan bakalan bisa menginjak eropa-tubuh manusia akhirnya bisa berkawan dengan cuaca paling buruk pun. Entah itu dari kelompok ras manapun. Human must be survive in their life imvironment.

Lalu kondisi kota Birmingham yang sangat teratur dan padat tapi tidak ribut membuatku serasa tidak tinggal di kota besar. Mobil-mobil melaju dengan rapi tanpa klakson. Traffic lights dan lampu penyeberangan dipatuhi dengan sangat baik. Orang-orang mengantri naik bus di halte-halte yang dipasang hampir tiap ruas jalan. Keadaan lalu lintas dan kendaraan bermotor di kota ini membuat orang stres lebih meregang. Sepanjang mata memandangpun, bangunan yang terpampang sangat berbentuk kastil dan kental dgn tipikal bangunan kerajaan. Film Ever After dan Heaven Must Wait langsung membenak dikepalaku. Maka insting gila fotoku pun langsung keluar dan bangunan-bangunan indah ini menjadi korban lensa kameraku.

Yang lain adalah manusianya. Orang-orang di kota ini-mungkin juga sama dengan kota tetangga-sangat sopan dan menghormati orang lain. Mereka tidak lupa selalu mengatakan sorry..atau please..atau thanks..diujung kalimat tergantung konteksnya. Kata-kata sopan ini sangat sering terdengar. Tidak kasir di toko, menyeberang jalan, masuk wc dan dimanapun engkau berada terbiasalah dengan kata-kata ini. Dan setiap kali bertemu dengan orang baru, orang lama, sahabat, tetangga, keluarga dan siapa pun itu maka bertanyalah dengan How are u today?walaupun pada dasarnya kita tidak interest untuk tahu keadaan mereka hari ini. Tapi inilah manusia disini, ekspresi kesopanan mereka mungkin jauh lebih baik dibanding manusia Indonesia yang menjual keramah tamahan mereka kepada wisatawan..

Labels:

0 Comments:

4.12.06

Heboh

DPR dibuat heboh dengan rekaman adegan ‘panas’ salah satu anggotanya. Kasak-kusuk mengatakan, pria yang dikenal aktivis mahasiswa paling vokal dizamannya ini melakukan adegan mesum tersebut bersama seorang penyanyi dangdut disebuah apartemen mewah. Wah!!!

Ada yang bilang itu sih manusiawi-siapa yang bilang bercinta tidak manusiawi?. Ada juga yang bilang itu hanya rekayasa-statement pembelan ini tentu harus ada untuk membuktikan bahwa hukum praduga tak bersalah memang ada. Ada yang bilang ini jebakan-siapa menjebak siapa ya?.Ada yang bilang langsung aja dipecat supaya masalah selesai-orang apatis ini menganggap semuanya bisa jernih dgn satu ketukan palu.

Semua bisa berargumen. Semua bisa mempunyai alasan. Mungkinkah ini permainan politik?atau mungkin gedung DPR kurang mendapat perhatian media dan minim popularitas sehingga perlu melakukan refresh?atau mungkin juga si pembuat UUD Anti pornografi hanya mengetes keampuhan UUD tersebut?tapi apakah mungkin dia serius mengetesnya dengan seorang penyanyi dangdut?yang notabene selalu dianggap korban dgn hadirnya policy tersebut..

Rakyat tetap menderita karena wakil rakyatnya no action. Rakyat dibuat heboh karena wakil rakyatnya melakukan bad action..

Labels:

1 Comments:

    • At 7 December 2006 at 21:57:00 GMT-8, Anonymous Anonymous said…

      Sebenarnya hal seperti itu tidak akan menjadi kehebohan jika bukan anggota DPR yang melakukannya. Sama saja kasus poligami yang dipicu oleh pernikahan kedua aa gym yang bikin heboh skarang sampai2 mau dibuatkan undang-undang revisi segala. Pdhal masalah ini sudah ada sejak lama.Berapa banyak pejabat yang memiliki banyak istri?!Jangankan pejabat,artis,rakyat jelata pun banyak yg punya istri lebih dari satu.Tapi ketika mereka menikah lagi,apakah seheboh ini?.Ini karena mereka kebetulan sebagai public figure,dan sepantasnya mereka sebagai panutan orang banyak berbuat seperti yg org banyak inginkan,bukan berbuat seperti yang mereka mau...
      So,kalau tidak ingin terjadi kehebohan,jangan jadi public figure.Dan jangan jadi public figure,kalau tidak ingin membuat kehebohan...;p

       
    • Post a Comment