..penikmat musim..

four season in ur heart makes u being wonderful..

30.1.08

Surat

Hampir tiap pagi pintu flat kami berbunyi. Bukan ketukan tamu tapi bunyi kotak kecil segiempat untuk memasukkan surat dari pak pos. Yah, amplop-amplop surat sepertinya mengalir teratur mengetuk tiap pintu rumah di negara ini. Kadang internet bill, electricity atau laporan keuangan per bulan tabungan pribadi dari bank. Tidak sedikit juga iklan poster atau selebaran. Bahkan cek untuk tax claim pun dikirim langsung ke rumah. Hingga kartu ucapan dan undangan neighborhood party.

Saya bisa membayangkan bagaimana sibuknya Royal Mail, kantor pos negara Inggris, mengatur seluruh keluar masuknya surat setiap hari. Perusahaan ini pasti membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mensortir amplop-amplop. Belum lagi pengambilan surat-surat yang berada di kotak-kotak surat warna merah yang pasti selalu hadir di tiap titik keramaian. Entah di sepanjang jalan pusat pertokoan, kampus, sekolah, perkantoran hingga tempat pemberhentian bis. Sepertinya kotak-kotak surat iti bersaing dengan tempat sampah, mungkin jumlahnya hampir sama. Plus tertera pengumuman kecil di depan kotak surat bahwa setiap senin sampai jum’at, surat-surat akan dijemput saat jam setengah enam sore sedangkan hari sabtu, minggu dan bank holiday dijemput setiap jam satu siang. Begitu jelas dan terjadwal.

Saya kadang heran melihat budaya pengiriman surat yang tidak pernah surut di negara ini. Meski telah tersedia internet berbiaya murah dan kecepatan wah, mobile phone dengan unlimited text, free call untuk telpon rumah di seluruh UK. Fasilitas lengkap dengan kecanggihan teknologi yang mudah didapatkan ternyata tidak membuat mereka lupa dengan kertas dan amplop. Mereka bisa saja menggunakan email untuk berkirim surat tanpa harus lelah menuliskan di kertas dan ke kotak pos. Atau bisa saja memberikan ucapan selamat via sms atau telpon. Toh, itu semua gratis.

Suatu kali guru bahasa Inggrisku, Mike Loughin, memeriksa tugas. Sebelumnya dia memberikan waktu untuk menyelesaikan tugas selama seminggu dan akhirnya saya mengirimkan via email. Tak disangka saat kelas berikutnya dia telah memberikan hasil koreksian tugasku sebanyak empat lembar. Dan semunya memakai tulisan tangan Mike. Saya lalu memberitahunya bahwa jika dia menginginkan tugas itu ditulis tangan maka saya akan menulisnya karena saya merasa bersalah telah membuatnya menulis ulang tugasku plus koreksinya sebanyak empat lembar HVS Folio bergaris. At least, he could use a printer mechine. Dia lalu mengatakan bahwa saya tidak perlu sungkan karena memang dia berinistiaf untuk menulisnya kembali. Dan itu adalah kebiasaan yang tidak bisa dihilangkan. Mike senang menulis secara manual, memakai pulpen dan kertas bergaris. Bahkan dia mengaku jika ingin melakukan komplain ke supermarket, di Inggris public space untuk mengeluarkan pendapat terbuka lebar, atau hanya bertanya kabar ke temannya di Spanyol maka dia akan bersurat memakai tulisan tangannya.

Mike adalah salah satu contoh pribadi orang Inggris secara umum yang tidak terpengaruh dengan teknologi yang tidak memasyarakatkan manusia. Teknologi bisa saja datang dengan level yang berbeda tiap waktu tapi belum tentu bisa memudarkan kretivitas manusia, melunturkan budaya dan menghabisi kharakteristik manusia itu sendiri. Sangat disayangkan memang, melihat inovasi teknologi yang memanjakan manusia. Terakhir saya mendengar bahwa telah banyak hot spot di Indonesia yang bisa didapatkan secara gratis, penyedia layanan telpon selular berlomba-lomba banting harga pulsa, CDMA murah plus handphone-nya juga menyerbu tiap daerah. Terakhir, beberapa teman bahkan sempat chatting via YM hanya dengan sms. Wow, sungguh luar biasa laju teknologi informasi lima tahun belakang ini. Mungkin banyak yang tidak sadar tapi saya kira lebih banyak yang merasa senang.

Saya lalu membayangkan bagaimana kondisi kantor pos Indonesia dan para pekerjanya lima tahun ke depan. Apakah akan tetap ada? Pernahkah sesekali menengok gedungnya yang berdiri renta di dekat balai kota? Dengan kios-kios penjual kartu yang tetap sama tatanaannya dari hari ke hari karena tak satu pun yang terjual. Mungkin benar kantor pos itu tetap berfungsi karena pengiriman barang antar daerah atau negeri bukan karena lembaran amplop. Tapi perusahaan pengiriman barang juga telah tumbuh, seperti Tiki. Lalu kemanakah kantor pos kita mencari lahannya? Atau pernahkah kita tanya diri sendiri, kapan terakhir kali berkirim surat atau paling tidak berkirim kartu ucapan?

Labels:

9 Comments:

    • At 31 January 2008 at 23:46:00 GMT-8, Blogger vy said…

      Sampai sekarang kadang-kadang saya masih suka nulis surat manual pit! He2..

       
    • At 3 February 2008 at 20:15:00 GMT-8, Blogger Daeng Ipul said…

      Pit..
      kondisi kantor pos di Indonesia memang agak memprihatinkan..sekarang mereka sedang mencari lahan lain utk bisa tetap bertahan, di antaranya dengan membuka loket pembayaran telepon, kartu kredit dan cicilan lainnya...ada juga loket untuk setor tabungan..
      yah, daripada ndak ada yg datang sama sekali...

      mungkin bisa diitung dengan jari orang yg nulis surat untuk teman/pacar/keluarga/atau apanyalah yg jauh di sana...
      saya masih sempat waktu pacaran (thn 2001) main surat2an..sebenarnya kalo surat2an pake tulisan tangan, sensasinya memang beda di'..?, ndak kayak kalo pake email ato sms..lempeng2 aja..hehehe..

      eh, sy kalo kirim barang juga masih pake POS, soalnya lebih murah walopun kadang lebih telat nyampenya..hehehe...

       
    • At 4 February 2008 at 05:50:00 GMT-8, Anonymous Anonymous said…

      hehe. pragraf terakhir berisi kenangan ya? da banyak berubah kok. kebetulan itu tidak jauh dari kantorku, jd kdg kalo lewat trus smpat nengok; sempat terpikir juga akan bagaimana itu nanti ya..

       
    • At 6 February 2008 at 03:52:00 GMT-8, Anonymous Anonymous said…

      @vy :
      beruntunglah yg mendapatkan surat2nya Vy..:)
      @Ipul :
      beda memang sensasinya Daeng Ipul.bisa menulis banyak dan improve,apalagi klo kertasnya diberi wewangian :D
      @anak pasar :
      hehee..iya,kenangan sering lewat samping kantor pos.jadi,k ahmad sdh mulai bersurat ke kendari? :)

       
    • At 7 February 2008 at 23:58:00 GMT-8, Blogger nina said…

      asslkm..

      sya sampai sekarang lebih senang membaca surat manual, bisa melihat tulisan orang secara langsung, ada kontak batin...

       
    • At 10 February 2008 at 18:37:00 GMT-8, Anonymous Anonymous said…

      gara2 ada kompie ak lebih senang nulis ngetik ketimbang nulis tangan walhasil suatu hari pas ak nulis pake tangan, baru sadar klo tulisanku jadi tambah jelek. artinya dalam beberapa tahun k depan udah jarang bgt orang yg nulis bagus :D. ak merindukan surat2 yang datang k rumah. daripada e-mail yg masuk. yaaah imbas teknologi yah :). salam hangat Pit :)

       
    • At 11 February 2008 at 06:52:00 GMT-8, Blogger Jonquilles said…

      Sebanarnya saya lebih suka kirim surat atau paket lewat pos (ke Indonesia) tapiiii sudah sering dikecewakan oleh pihak pos. Makanya jadi malas sekarang, keculai kalau pentiiiiing sekali, tapi kirimnya harus yang tercatat.

      Pit, memang ada rencana ke Inggris tapi selalu saja tertunda dgn seribu macam alasan hehehe.

       
    • At 12 February 2008 at 03:54:00 GMT-8, Anonymous Anonymous said…

      @nina :
      jadi..dari tulisan turun ke hati dong :)

      @andrei :
      padahal dulu ada pelajaran tulisan indah yah waktu SD.tp kenyataannya tidak bisa diaplikasikan lagi krn telah bergantung ke keyboard.anyway,thanks dah berkunjung Andrei..

      @Jonquilles :
      klo kirim barang memang lebih murah sih dan ada bonusnya lagi,harap-harap cemas dan menunggu lama :D.pokoknya kedatangan ta selalu ditunggu k miya..

       
    • At 25 February 2008 at 06:46:00 GMT-8, Anonymous Anonymous said…

      pit...
      saya juga dah lupa kapan terakhir menulis surat...

       
    • Post a Comment