Perempuan

Saya sedang membaca buku bagus tentang perempuan, A Thousand Splendid Suns oleh Khaled Hosseini. Belum selesai saya baca, jadi bukan bermaksud untuk me-review-nya. Mungkin dikesempatan lain saya (harus) review. Saya hanya sedikit menggambarkan bahwa betapa tegarnya perempuan-perempuan Afganistan tersebut. Walaupun telah ditekan secara patriarkis selama bertahun-tahun namun masih tetap berdiri kokoh seperti bangunan dinegara empat musim.
Kenyataannya hingga sekarang, perempuan Afgan masih tetap kuat. Bahkan boleh dibilang kebal dengan segala tekanan fisik maupun batin. Beberapa waktu lalu seorang teman menceritakan tentang perjuangan seorang perempuan Afgan dalam melahirkan anaknya. Saat itu, air ketuban perumpuan kuat ini telah pecah dan harus segara mendapatkan penanganan dari rumah sakit. Nah, rumah sakit terdekat dari rumahnya itu telah dipagari tembok oleh Israel dan sama sekali tidak dijinkan masuk oleh tentara Israel yang sedang berjaga dipintu dengan senjata lengkap mereka. Walaupun dengan sangat memohon agar bisa diberi jalan menerima pertolongan langsung dari rumah sakit, namun tentara-tentara tersebut tidak bergeming. Akhirnya, perempuan Afgan dengan kondisi memperihatinkan itu melahirkan bayi sehat didepan mata tentara-tentara Israel.
Ada juga kisah perempuan Tibet yang menikah dengan tiga orang lelaki. Awalnya saya juga heran, namun budaya yang ada di negara kekuasaan China tersebut menghalalkan perempuan menikah dengan lebih dari satu suami. Poliandri bukan lagi sesuatu yang aneh. Bahkan perempuan ini menikahi tiga lelaki yang bersaudara kandung. Padahal dengan kondisi Tibet yang bermayoritas beragama Budha, seharusnya malah poligami yang lebih populer. Berhubung banyak kaum adamnya yang memilih jalan menjadi biksu. Lalu bagaimana kehidupan perempuan berpoliandri di Tibet? Mereka tetap saja sama dengan perempuan bersuamikan satu orang. Mereka tetap ke ladang, menyiapkan makanan dan mengurusi hal domestik rumah tangga. Tidak ada yang istimewa selain membagi jatah lahiriyah kepada tiap suaminya.
Cerita diatas mungkin hanya beberapa dari sekian banyak cerita tentang perempuan. Betapa kuatnya mereka, betapa kharismatiknya mereka, betapa tegarnya mereka. Bahkan perempuan-perempuan yang mengangkat seember air diatas kepalanya sejauh dua kilometer untuk mengisi gentong air minum keluarga tetep bisa membuat kita berdecak. Ini bukan bermaksud untuk berbias gender (yang kena bias tentu saja kaum pria) namun saya selalu merasa kagum dan tiba-tiba punya kekuatan yang berputar-putar seperti atom jika mendengar kisah-kisah perempuan.
Labels: thought
saya dah baca yang thousand splendid suns! bagusss gak kalah ama kite runner (pengarang yang sama), emang itulah kenyataan hidup, karena buku2 dan film2 macam itulah, kita jadi mengerti makna syukur!
btw, senang rasanya bisa baca postingan mu lagi Pit!