..penikmat musim..

four season in ur heart makes u being wonderful..

21.2.07

Berdansa yuk..

Tiap sabtu sore di ITV 1 London, saya tidak pernah lupa untuk menonton Dancing On Ice. Sebuah kontes dansa di atas es. Jadi, sambil ber-ice skating mereka berdansa (atau sambil berdansa,ber-ice skating?). Yang jelas keterampilan yang mereka punya betul-betul memukau. Kadang mereka dengan lenturnya berputar 180 derajat atau mengangkat pasangan dengan satu tangan. Bukan sulap, bukan sirkus tapi berdansa. Saya pun berimaji bahwa betapa sulitnya mempunyai keterampilan seperti ini dan yang pasti mereka punya sedikit bakat. Paling tidak bisa ber-ice skating dulu, kan?

Kontes dansa di Inggris tak ubahnya kontes menyanyi yang sedang menjamur di Indonesia. Yah, saya tiba-tiba ingat kontes pertama yang dimunculkun oleh salah satu stasiun televisi swasta (stasiun yang negeri bagaimana kabarnya sekarang?). Peminatnya luar biasa banyak. Dan tiba-tiba semua orang senang bernyanyi. Dari muda-tua, miskin-kaya. Semua channel tivi punya program kontes menyanyi. Entah itu aliran pop atau dangdut.

Bahkan para pengusaha berduit jadi ikutan terangsang membuka peluang bisnis dengan membuka tempat karaoke. Dan sekali lagi, peminatnya pun luar biasa banyak. Mungkin sekarang 2 dari 10 orang di Indonesia memilih bernyanyi sebagai hobi (jadi ingat iklan pembalut wanita..?). Saya jadi ingat teman-teman saya yang terkena sindrom menyanyi ini. Yang dulunya kami biasa bertemu ditempat makan, eh, malah mereka mayoritas memilih karaoke. Betul-betul telah mewabah.

Namun di Inggris, kontes berdansa ini terkhusus bagi kaum elit (menengah ke atas, bouww…). Kaum level bawah mendapat bagian menonton. Hal ini memang telah terstruktur sejak dahulu kala. Menurut salah seorang teman British, dahulu hanya keluarga raja dan kaum bangsawan saja yang diperbolehkan untuk berdansa (bisa dibuktikan lewat cerita Cinderella dan film yang berlatar kerajaan). Hingga sampai sekarang, berdansa tetap menjadi ‘barang mahal’. Makanya yang ikut kontes ini adalah pedansa profesional berpasangan dengan selebriti atau orang terpandangnya Inggris yang tidak terlalu mahir berdansa. Melalui kontes ini mereka diharuskan untuk bisa menampilkan dansa yang menarik dan spektakuler. Jadi, buang jauh-jauh pikiran untuk menjadikan dansa sebagai batu loncatan untuk terkenal atau tiba-tiba bisa bermain sinetron.

Tidak heran bila menjadi seorang pedansa adalah cita-cita yang mahal. Soalnya, pakaiannya saja sudah hampir ratusan pound satu pasang. Belum lagi harus mengikuti kursus privat berdansa. Kursus ini lebih mahal ketimbang kursus instrumen di Inggris. Seperti cerita tentang seorang keluarga yang rela menghabiskan sekitar seribu pound per bulan untuk menggenjot anak mereka menjadi pedansa (bisa disaksikan diChannel 4, Dancing Kids). Tiga kali seminggu anak ini mengikuti kursus dansa oleh seorang pedansa profesional. Dalam tiga bulan si anak sudah siap mengikuti kontes dansa. Hasilnya tidak buruk, juara 2.

Ehm..ada yang berminat jadi pedansa profesional?

Labels:

0 Comments: