Televisi
Di sebuah artikel Harian Kompas tepatnya dibagian kawat sedunia, bagiku wajib baca kalau buka Kompas, seorang pria mendapat ganti rugi sekitar 30juta dari perusahaan televisi. Pria tersebut memenangkan gugatannya karena didukung hakim yang menyatakan bahwa tivi adalah barang utama yang harus ada di setiap rumah. Pria Brasil ini sangat senang karena akhirnya dia dapat menonton sepak bola dan sinetron kesayangannya.Begitu pentingkah televisi sehingga menjadi barang utama dirumah?Mungkin memang kedudukan tivi sudah naik peringkat dari barang tertier, kebutuhan tambahan menurut buku IPS waktu sekolah dulu, menjadi barang primer (kebutuhan dasar). Semua orang mencari tivi, membicarakan siarannya dan menunggu-nunggu acaranya. Sebenarnya bukan tivinya sebagai alat itu sendiri yang mengkhawatirkan. Tapi sajian tontonan yang kurang berkualitas, untuk tidak menyebutnya buruk.
Sebut saja acara gosip yang melulu muncul dari pagi hingga malam. Stasion tivi berbeda tapi wajah dan masalahnya itu-itu saja. Belakangan muncul reality show yang berjamuran menjelang sore hingga malam hari. Reality show ini tidak jauh beda dengan sinetron tapi berdurasi pendek dan langsung tamat. Saling tonjok tak lupa menjadi bumbunya. Nah, yang ngetren dan semua stasiun tivi ikut-ikutan dan akhirnya semua punya adalah acara lagu dengan pembawa acara yang merasa diri mereka lucu. Konsepnya lebih mirip request lagu di radio. Yang membedakan karena di tivi kita melihat pembawa acaranya dan video klip lagunya. Acara ini sepertinya saling berebut rating dengan acara gosip karena tayangannya sudah hampir tiga kali sehari, mirip minum obat ya.
Lalu dimana acara edukatif yang membangun? Hiburan anak-anak yang berbobot kapan tayangnya? Untuk ibu-ibu rumah tangga agar kreatif bias dilihat dimana? Dan tanda tanya lainnya. Akhirnya otak kita yang tidap hari butuh berkembang dan diisi hanya dijejali dengan tiga jenis acara tivi diatas plus sinetron yang semakin tidak kreatif- memangnya ada sinetron kreatif?. Bayangkan bila tiap rumah memiliki tivi dengan durasi waktu menyala 12 jam sehari dengan penonton mulai dari anak hingga kakek. Mindsetnya akan sama dari tua hingga muda. Lagu yang dihapal juga sama. Bahkan menurut adik saya yang SMP, tiap senin saat upacara sekolah yang dibicarakan adalah Termehek-mehek, pemegang piala rating no satu itu. Apa??
Terus terang yang membuat rindu dari Inggris adalah acara tivinya. Bukan melebih-lebihkan negara itu tapi tivinya jauh dari kesan konsumtif bahkan lebih sering mencela budaya itu. Lebih edukatif saat jam pulang sekolah tiba. Hanya dua dari 7 station tivi yang menayangkan sinetron. Itu pun hanya 2 judul untuk masing-masing station. Acara gosip, nol. Kalau mau tahu tentang selebritis dan kehidupan pribadinya silahkan beli dan baca tabloid. Lebih-lebih reality show, turunan sinetron, mungkin tak pernah terpikirkan oleh produser.
Yang jempol malah banyak. Ada dragons den, acara yang memotivasi orang untuk menjadi inventor n berwirausaha. Ada how do they do it, menampilkan seluk beluk pembuatan alat mulai dari bola golf sampai pesawat jet. Atau gadget show, melihat alat-alat eletronik terbaru dan mengetesnya sampai batas maksimum. Belum lagi siaran-siaran edukatif yang isinya mirip dengan siaran national geographic channel. Jika saja produser di Indonesia mau mengintip dan mencontek sedikit konsep dari siaran-siaran ini. Tentu kita sebagai konsumen tivi bisa lebih menghargai dan sedikit terdidik.
Sebuah acara bagus di tv one pekan lalu. Mengenai system monarki yang ternyata sudah dianggap udik dan tidak substansi lagi keberadaannya di sebuah Negara. Acara ini mendorong keingintahuan yang besar. Acara in bagus dan respon orang dirumah juga tinggi. Sayang jam tayangnya sudah agak larut. Mudah-mudahan saja acara-acara yang baik bisa bertambah dan menggusur sinetron yang baru muncul sudah bisa ditebak akhirnya. Kasihan kita sebagai konsumen.
Labels: thought
yup..
itulah gambaran umum tentang dunia televisi di tanah air..
menyedihkan..!!
btw,
apa kabar si kecil..?
bisami lari di..?