..penikmat musim..

four season in ur heart makes u being wonderful..

22.6.07

Kesendirian











seorang lelaki tua berdiri termangu
menunggu perahu kayu datang menjemput
tak ada warna-warni kupu-kupu
hanya ada kenangan di dalam saku

langkah kaki saling menyapa
gegas tubuh-tubuh berpakaian rapi tertata
tak ada senyum maupun kata
tak seorang pun mempedulikan lelaki tua

Labels:

3 Comments:

18.6.07

Sehari di Oxford

Menara Christ Church dan tamannya

Di depan Christ Church

Hall tempat syuting film Harry Potter

City of Learning and Culture, tulisan inilah pertama kali saya lihat saat tiba di Kota Oxford. Saya kemudian membayangkan atmosfir akademik di tengah kota dan ramah tamah khas orang Inggris di tiap papasan. Gambaran awal yang menyenangkan. Ditemani oleh gerimis, saya dan suami bergegas mencari teman yang akan menjadi tuan rumah selama kami di kota yang memiliki universitas paling tua di Inggris.

Kota Oxford ini tidak begitu besar. Hampir semua orang menggunakan sepeda sebagai alat transportasi. City centre-nya yang menampung pusat perbelanjaan dan hampir seluruh objek wisata bisa dikelilingi dengan berjalan kaki. Walaupun sebenarnya tersedia city sightseeing bus dengan membayar sekitar 8pound. Tapi kami lebih memilih berjalan kaki, karena dengan bus kami tidak bisa singgah di satu tempat berlama-lama serta lumayan juga untuk saving money. Dengan berbekal petunjuk dari teman yang sudah bermukim selama 5 tahun di Oxford ini maka mulailah setapak demi setapak kami jejakkan.

Tujuan pertama jatuh kepada Oxford Castle. Sebuah kastil yang masih mempertahankan bangunan aslinya. Unlocked Castle, inilah nama kastil yang menuangkan banyak sejarah kota Oxford di waktu lampau. Kastil ini menyediakan beberapa fasilitas diantaranya ada kafe, sebuah toko souvenir dan open air theater. Tapi kami memilih untuk berkeliling saja karena deretan objek wisata masih panjang dan kami hanya punya waktu sehari.
Di samping kastil, ada pintu masuk ke shopping centre. Toko-tokonya tidak jauh beda yang ada di Birmingham. Masih dengan satu nama, satu harga dan satu model. Maka insting belanja batal menjalar di pikiranku.

Sekitar 15 berjalan kami akhirnya sampai ke salah satu college terbesar di Oxford, Christ Church. Hampir semua bangunan tua di kota ini digunakan sebagai tempat pendidikan dan asrama kampus. Otoritas university sangat dominan. Mayoritas aset berupa bangunan adalah milik University of Oxford. Bangunan-bangunan yang dijadikan tempat pendidikan, pemberian tutorial sekaligus berfungsi sebagai asrama dosen dan mahasiswa di luar universitas di sebut college. Sedangkan sisanya yang berupa pertokoan tetap membayar uang sewa ke universitas.

Termasuk Christ Church ini yang kemudian terbuka juga untuk umum. £3.70 untuk adult, £2.50 untuk children dan £2.70 untuk student. Saya melewati lorong-lorong di dalam bangunan ini untuk sampai ke cathedral yang merupakan bangunan utama. Awalnya saya segan masuk karena memakai jilbab tapi kemudian oleh penjaga dipersilahkan. Di dalamnya ada beberapa patung dan banyak tempat duduk untuk beribadah. Menurut penjaga, cathedral ini masih digunakan untuk kegiatan peribadatan. Menuju ke lantai dua ada ruangan besar (hall) yang hanya terbuka pada waktu tertentu saja. Beruntung pada saat kami datang hall yang merupakan tempat syuting film Harry Potter I ini telah terbuka. Walaupun begitu para pramusaji telah bersiap menyediakan makan siang sambil kami mengelilingi hall dan mengambil gambar. Hall ini digunakan untuk syuting pada saat makan malam Harry Potter bersama para teman dan gurunya. Pun sekarang, masih tetap berfungsi sebagai tempat makan para pengajar di college ini.

The Sheldonian Theatre

The Bridge of Sighs

Oxford University Museum of Natural History


Setelah puas berkeliling di Christ Church, kami berjalan ke tepi Sungai Thames. Sungai yang melalui beberapa kota besar di Inggris. Salah satunya Birmingham, Oxford dan London. Tidak ada yang istimewa di Sungai Thames ini, hanya ada beberapa perahu dan sejumlah orang menggelar tikar sambil memberi makan angsa-angsa.

Di tengah perjalanan menuju The Sheldonian Theatre, saya tertarik mencoba homemade ice crim yang cukup terkenal di Oxford. Lumayan mahal juga, 2pound untuk one scoop. Saya pilih super chocolate dan mmm..rasanya sangat menggigit. Setelah jalan sekitar 10menit dan melewati beberapa tempat terkenal seperti Radcliffe Scuare dan St Mary the Virgin Church. The Sheldonian Theatre ini berbentuk bulat dan dipagari. Isinya berupa perpustakaan yang menyimpan banyak manuskrip tua. Hanya dosen dan student Oxford saja yang boleh masuk. Itupun tidak boleh di bawa pulang hanya bisa di baca di ruang khusus baca yang disediakan. Teman yang juga student di Oxford mengatakan bahwa kitab-kitab saat Perang Salib tersimpan dengan baik di dalam bangunan ini.

Di sampingnya ada sebuah jembatan yang menghubungkan antara dua college, namanya The Bridge of Sighs. Jembatan ini juga melambangkan ikatan persaudaraan karena sejarah lampaunya. Berjalan selama 10 menit kami tiba di Natural History Museum. Sungguh sangat ramai museum ini. Banyak anak-anak pula orang dewasa. Ada yang datang sekeluarga ataupun dengan teman.

Masuk ke museum ini saya seperti di film Night in the Museum. Ada fosil dinasaurus, kura-kura raksasa, gajah, komodo dan lainnya. Sepertinya hamper semua hewan ada di sini. Tidak ketinggalan juga batu-batuan mineral serta fungsinya. Di bagian belakang museum ada lagi museum lain, Pitt Rivers Museum. Museum ini menunjukkan perlegkapan dan peralatan manusia zaman dahulu. Ada sampan dari Afrika, pistol yang digunakan para koboi dan kain-kain dari India yang berusia ratusan tahun.

Hari telah beranjak sore. Kaki terasa lelah dan memory card kamera sudah penuh. Kami berjalan pulang dengan banyak pengetahuan baru.

Labels:

4 Comments:

    • At 22 June 2007 at 01:06:00 GMT-7, Blogger Daeng Ipul said…

      wah..Oxford ya..?

      eh, kemarin pas di Oxford liat perahu2 kecil yg di sungai itu nggak ?, trus sempat beli dompet kulit khas Oxford ndak..?, o ya kan ada rumahnya si Dalton tuh di Oxford...gak difoto skalian..?..

      hehehe...keep posting yg kayak gini yak..?

       
    • At 22 June 2007 at 14:29:00 GMT-7, Anonymous Anonymous said…

      wah..ternyata Ifool banyak tahu ttg Oxford,jadi malu saya.sy nda beli dompet krn lbh suka koleksi souvenir keramik ukiran.nda ke rumahnya si Dalton,soalnya nda tahu jalan ke sana.lain kali aja kalee..hehee..

       
    • At 25 June 2007 at 00:59:00 GMT-7, Anonymous Anonymous said…

      assalamualaikum..waahh..senangku, tiap ksini slalu disuguhi sgala sesuatu yg mnyenangkan, a journey jg puisi2/sajak2 manis :) sering2 ya babe.. have great day ;p (berharap bs ksana,hehehe..)

       
    • At 3 July 2007 at 22:29:00 GMT-7, Blogger Daeng Ipul said…

      Jadi tidak sempat shalat di mesjid pakistan, satu pengalaman terlepas. Waktu ke Oxford via bus ato train?

       
    • Post a Comment
15.6.07

Jalan-jalan ke High Wycombe

The Palladian Mansion
Garden of The Palladian Mansion

Kota High Wycombe dari atas Bukit West Wycombe

Sebenarnya jalan-jalannya sudah berlalu sejak dua minggu lalu. Namun waktu itu saya tidak bisa langsung posting tulisan karena tidak pernah punya break time untuk menulis. Soalnya habis jalan dua hari di High Wycombe, langsung dilanjut lagi ke acara Spring Gathering Kibar di Coventry juga dua hari. Jadi, seminggu itu saya tidak ada istirahat. Baru hari kelimanya saya terkapar di rumah dan tidur seharian. Mengumpulkan tenaga karena esoknya harus kembali beraktivitas, masuk kerja lagi.

Ide ke High Wycombe muncul karena dapat libur seminggu dari tempat kerja, itu satu. Yang kedua, memang telah penasaran mau ke High Wycombe sejak pertama datang. Ketiga,
K Miya sudah berkali-kali mengundang ke sana dan berkali-kali pula saya janji mau mengunjungi. Apalagi bulan depan K Miya akan pindah ke Belgia menyusul suami. Mmm..enaknya bisa makan coklat Belgia yang lembut..

Maka saya ajaklah Vima, berencana mengambil master di business school University of Birmingham, yang kebetulan juga libur kursus bahasa Inggrisnya selama seminggu. Tiba di Highwycombe, sebuah kota yang berbukit dengan rumah bersusun rapi, saat jam 6 sore setelah melalui perjalanan sekitar 2 jam. Kami dijemput K Miya yang baru saja pulang kantor. Lalu ke rumah K Miya dan memutuskan untuk makan malam dulu baru keliling sebentar. Habis makan, kami diajak ke West Wycombe Hill. Sekitar 10 menit berjalan kaki, akhirnya kami tiba di puncak bukit.

Pemandangannya sungguh indah. Kami bisa melihat seluruh kota High Wycombe dari sini. Hamparan Rapseeds yang menghijau dan sesekali dilalui kereta antar kota yang melaju kencang. Kami tidak tahan mengabadikan pemandangan yang indah ini. Di atas bukit ini ada sebuah bangunan tua yang terdiri dari pagar tinggi dan sebuah makam di dalamnya. Makam ini merupakan peristirahatan terakhir Francois, seorang tuan tanah di West Wycombe. Mengitari makam ini ternyata ada sebuah gereja yang terawat dengan baik dan berjejer beberapa makam.

Matahari sebentar lagi terbenam dan sebelum turun bukit kami sempatkan untuk mengambil beberapa gambar. Sunset ini sedikit mengingatkan Pantai Losari. Hanya sedikit. Karena hanya ada suasana hening dan tidak ada suara ombak plus pisang epe rasa durian.

Hari kedua, berdua dengan Vima kami memilih tempat. Ada beberapa tempat menarik menurut K Miya yang bisa kami kunjungi. Antara lain museum kota dan sebuah taman mini (kalau yang ini memang betul-betul mini, sebuah replika kota) dan West Wycombe Park and Manor. Melihat penjelasan dan gambarnya di internet akhirnya kami memilih yang terakhir. Apalagi hanya park itu yang letaknya cukup dekat dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Sekitar 20menit kami berjalan kaki ke park itu. Cukup lelah juga. Seorang lelaki berbadan tegap menghampiri kami setelah melewati pintu gerbang. Dia mengingatkan kalau didalam sedang ada pembuatan drama oleh stasiun tv BBC yang berjudul The Cranford Chronicles. Jadi kami di mohon untuk tidak mengganggu proses pembuatan dengan tidak melewati batas daerah yang dia jelaskan. Kami menurut saja.

Sunset dari atas bukit West Wycombe

Di Gerbang Makam

Setelah ber-deal dengan si penjaga, kami masuk ke area taman. Dan masya allah..indah sekali taman ini. Ada sebuah rumah besar berwarna kuning berada di tengah-tengahnya. Rumah ini sama dengan gambar sampul dvd yang K Miya perlihatkan kami tadi dirumah, judulnya The Importance of Being Ernest (2002). Pemainnya ada Reese Witherspoon (Legally Blonde, Sweet Home Alabama), Rupert Everett (South Kensington, Separate Lies), Colin Firth (Bridget Jones) dan beberapa pemain terkenal yang seluruhnya berdarah Inggris. Model rumah ini memang sangat khas Inggris dengan taman yang dialiri danau buatan serta beberapa jembatan.

Kami tidak berani masuk ke dalam, kata bapak penjaga, jadi pengambilan gambar hanya luarnya saja. Tapi tak apalah, yang jelas The Palladian Mansion milik Sir Francis Dashwood yang dibangun pada abad 18 ini bisa kami potret. Sampai sekarang keluarga bangsawan yang bergelar The Premier Baronet of Great Britain masih tinggal di rumah ini. Namun mansion dan parknya telah termasuk dalam peninggalan sejarah yang harus dilestarikan dan dibawah pengawasan National Trust, sebuah badan milik pemerintah yang mengawasi peninggalan-peninggalan sejarah.

Setelah asyik berfoto-foto dan perut terasa lapar akhirnya kami memutuskan kembali ke rumah dan mempersiapkan perlengkapan. Sore ini adalah jadwal pulang kami ke Birmingham. Selamat tinggal High Wycombe..

nb : terima kasih buat K Miya, lain kali di ajak jalan-jalan lagi ya..

Labels:

0 Comments:

8.6.07

Sssst..!

Eh, ada ..pit.. di panyingkul! lho. Walaupun tulisan ini semacam laporan kolektif dari anggota milis panyingkul! tapi tetap saja senang karena kontribusi tulisan walaupun sedikit ternyata bisa juga dimuat. Mau lihat selengkapnya?Klik disini ya..

oya, sebelumnya ada tulisan ..pit.. juga yang pernah dimuat. Kalau yang ini tulisan sendiri. Waktu itu menulis tentang perbandingan pengelolaan barang dan baju-baju bekas yang dikelola antara di Makassar dan di Birimingham. Lihat selengkapnya disini

Selamat membaca..

0 Comments: