Cerita-cerita tentang Global Warming
Beberapa hari terakhir, hujan turun tiap hari. Kadang disertai angin kencang. Suhu masih berkisar antara 10 hingga 15 derajat. Bukan hal yang biasa pada term summer begini. Sekarang sudah masuk bulan July itu berarti summer seharusnya sudah terasa. Tapi tiap keluar rumah saya harus tetap mengenakan jaket dan siap membawa payung.Global warming, begitu orang-orang dijalan pada annoying. Di televisi juga ditayangkan dampak global warming hingga membuat cuaca tidak menentu. Ditambah lagi mencairnya es dikutub utara. Sebagian daerah dari di kutub yang juga menjadi pemukiman orang-orang eskimo tidak lagi ditutupi oleh es. Mereka dapat melihat warna tanah dan sungai es yang mengalir deras. Belum lagi banjir dibeberapa tempat di Inggris akibat meluapnya sungai karena tidak bisa lagi bermuara ke laut yang penuh akibat mencairnya es.
Sebenarnya issu global warming telah ada sejak beberapa tahun lalu. Bahkan banyak expert yang telah mengusulkan langkah konkrit pencegahan. Tapi efek domino global warming tetap menyerang beruntun. Tetap saja pemakaian listrik yang berlebihan, gas buangan kendaraan, alat-alat rumah tangga yang menghasilkan banyak kabondiokasida berjalan seperti hari-hari biasa. Bahkan untuk angka penjualan kendaraan yang belum memenuhi standar emisi masih meledak dibeberapa negara. Budaya konsumtif dan gaya hidup menghimpit kesadaran kita untuk melihat sepuluh tahun kedepan.
Bukan hanya mereka tapi saya, anda dan tetangga sebelah rumah juga turut menikmati akibatnya. Saya tidak mempunyai masalah dengan cuaca atau suhu. Selama itu masih bisa dikompromikan dengan jaket dan payung. Walaupun kadang payung saya hampir terbang atau terlipat karena angin kencang. Tapi apakah saudara-saudara kita yang terkena banjir bisa berkompromi?saya rasa tidak.
Mungkin suara saya hanya sebagian kecil dari unek-unek masyarakat dunia. Unek-unek yang belum tentu terdengar para pemimpin dan pemegang kapital. Saya, anda, kita berharap mereka mendengar supaya ada langkah pasti. Seorang expert menjelaskannya di majaah Focus asuhan BBC. Bahwa dengan mengurangi jumlah penerbangan (menurut dia pencemaran yang tinggi dari pembakaran avtur pesawat) lalu kendaraan seperti kereta api dan any vehicles serta asap buangan dari pabrik industri bisa mereduksi setidaknya 30% global warming per tahun jika dilakukan dibeberapa negara. Terutama di negara yang limbah buangannya cukup besar.
Mungkin bagi kita yang membaca, urusan mereduksi 30% itu merupakan urusan pemerintah. Mungkin ya mungkin juga tidak. Karena pemerintah sebagai pembuat regulasi butuh support dari elemen masyarakat. Jika kita bersabar untuk bisa mengefesienkan transportasi, kita bisa membantu pemerintah. Kita bisa mengurangi rasa bersalah karena telah mengendarai mobil yang mencemari udara.
Saran saya mulailah dengan berjalan kaki. Toh dampak bagi kesehatan juga sangat baik. Berjalan kaki pergi kerja selalu saya terapkan. Apalagi disini lebih lama kita menunggu bis daripada naik bis-nya. Beberapa teman saya juga memilih sepeda sebagai angkutan favoritnya. Lalu penggunaan alat-alat rumah tangga yang berpotensi mengeluarkan karbondioksida. Hitter (pemanas ruangan) di flat saya sudah lama dimatikan. Sejak musim dingin (walaupun sekarang masih lumayan dingin) hitter kami tidak lagi berfungsi. Beberapa teman sempat protes waktu datang ke rumah karena mereka tidak merasa hangat. Karena menurut saya dinginnya sekarang masih dalam taraf wajar.
Nah, jangan mengeluh saja karena terkena dampak global warming. Berbuat sesuatu yang nyata dong. Sekalipun itu hanya berdampak 0,01 % untuk mereduksi. Tapi sesuatu yang besar kan datangnya dari yang kecil-kecil, benar nda?
Labels: thought
di Makassar juga sama Mbak (eh, ndak papaji sy panggil Mbak, kah..?). harusnya sudah musim kemarau, tapi tiap hari ujan, sampe2 daerah Bone dan Wajo mulai banjir.
salahnya karena memang masyarakat masih kurang yg mau peduli dengan masalah global warming, buktinya volume kendaraan bermotor meningkat dengan drastis, jauh meninggalkan volume pohon yang ditanam.
sayangnya pemerintah daerah juga tidak mampu membuat suatu langkah yg bisa membuat rakyat lebih senang naik sepeda ato jalan kaki, jalan kaki ato naik sepeda di Makassar ?, wuihhh boros di keringat...hehe..
mungkin pemerintah daerah berpikir masih banyak hal lain yg perlu diatur...jadi ya sekarang tinggal bagaimana menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mulai mereduksi dampak global warming, walopun cuma 0,01 %...
mungkin Mbak lebih beruntung karena tinggal di negara yg maju, yg mana otomatis pemikiran masyarakatnya jg lebih maju untuk lebih care pada bumi kita. hal yg masih cukup sulit buat masyarakat di sini, karena masih banyak persoalan lain yg menjadi skala prioritas..
eniwei..postingan yang bagus...thumbs up deh..sudah cantik, pintar, care pula pada alam..:)