..penikmat musim..

four season in ur heart makes u being wonderful..

1.5.07

Manchester..Leeds..Sheffield..York




Sabtu kemarin menjadi awal perjalanan saya ke beberapa kota di Inggris. Ada empat kota dan beda jaraknya antara satu hingga dua jam dari satu ke yang lain. Boleh dikatakan juga quick trip karena hanya tiga hari untuk empat kota.Wuiihh..sangat melelahkan. Makanya sekarang betul-betul take rest dirumah dan telpon supervisor untuk absen kerja. Entah bagaiamana keadaan teman-teman seperjalanan (Bunda Zuby, Kartini, Intan, Fida, Ely) sekarang, mungkin sedang meregangkan otot juga. Berikut sedikit catatan sederhana plus foto-foto (of course..) :







Manchester
Sebenarnya tujuan awal ke Manchester. Bukan untuk nonton bola yang harga tiketnya £ 60 (atau sekitar Rp 960.000, dengan kurs 1pound = 16.000rupiah) tapi ada pelatihan jurnalistik yang diadakan warga PKS Manchester. Jadi beberapa kota yang mengikut menjadi rencana dadakan yang indah.
Saya berdua dengan teman, Kartini yang sedang mengambil master dibidang sastra, ke pelatihan ini harus mengurut dada karena ketinggalan coach, bus antar kota. Padahal kami hanya terlambat 5 menit (ini Inggris Non..!, begitu kata suamiku saat saya mengadu lewat telpon). Akhirnya kami harus beli tiket yang agak siangan dengan harga £ 11.50 per orang, padahal awalnya tiket kami Fun Fare yang per orang cuman £ 4. Pelatihan yang bernama Bengkel Jurnalistik 2007, A Workshop ini cukup menarik. Ada Ibu Maimon (novelis, penulis), Ibu Yeyen (wartawati Repiblika) dan pak Yanuar (penulis). Walaupun hanya sesi Ibu Yeyen dan Pak Yanuar saja yang kami ikuti tapi pelatihan ini cukup partisipatif, menyenangkan dan tidak bikin mengantuk.
Kota ini lumayan besar dan kalau mau diprediksi besarnya tidak beda jauh dengan Birmingham. Katanya, Birmingham dan Manchester sama-sama mengklaim sebagai kota industri dan terbesar kedua setelah London (sampai saat ini belum ada yang mau mengalahJ). Kafe-kafe dan pub seperti jamur, tumbuh dimana-mana dipinggir jalan. China town-nya juga sangat luas. Tapi bangunannya sudah mengarah ke futuristik dan meninggalkan bangunan lama/tua. Saya menyempatkan diri foto didepan kafe Che, berasal dari sejarah pemuda revolusioner Argentina, Che Guevara.
Yang menarik adalah transportasinya. Karena selain bus Manchester punya tram (kereta listrik dalam kota), kalau di London khasnya adalah tube (kereta listrik bawah tanah dalam kota). Tapi kami tidak punya banyak waktu untuk mencoba tram karena tiket ke Leeds telah menunggu. Kami sedikit trauma dengan kejadian tadi pagi.






Leeds
Dari Manchester ke Leeds menempuh waktu satu setengah jam dan tiba sudah pukul 9 malam. Disana sudah ada suami (yang sedari pagi tiba karena ada rapat PPI) dan Bunda Zuby (tuan rumah selama dua hari) yang menjemput. Malam ini kami hanya melintasi pusat kota sembari menuju rumah Bunda.
Kebetulan kami tiba di Leeds pas weekend sehingga malam ini sangat ramai oleh muda mudi. Pub dan diskotik saling bersahut-sahutan. Tapi yang aneh karena beberapa diskotik berada dalam gereja tua. Saya sempat tidak percaya, koq bisa-bisanya mereka mengubah gereja menjadi diskotik?saya jadi tidak habis pikir bagaimana kalau seandainya, maap ini hanya seandainya, mesjid kita disulap menjadi diskotik. Betul-betul tidak waras!
Memang kalau melihat intensitas mereka ke gereja boleh dibilang dibawah rata-rata tapi yang terus berjalan adalah penyebaran agama mereka yang dinamis. Beberapa perkumpulan masih tetap eksis untuk mengundang orang-orang baik itu dari kalangan seiman ataupun bukan untuk membahas bible bersama-sama. Biasanya dirangkaikan dengan wisata atau minum kopi di kafe. Jadi, gereja bukan lagi menjadi fokus kesetiaan mereka terhadap agama tapi lebih kepada penyebaran. (Maap, ini adalah asumsi pribadi yang berdasar pada pengalaman keseharian).
Kembali lagi ke kota Leeds. Kota ini memang tidak begitu luas boleh dikata kecil tapi masya allah bersih dan sangat tertata rapi. Bangunan tuanya masih tetap dipertahankan walaupun tetap ada sedikit bangunan baru. Dan saya cepat mengenali sebuah jam tua di pusat kota yang dipakai untuk pembuatan film Harry Potter.
Di University of Leeds yang tetap mempertahankan bangunan tua khas eropa ternyata punya beberapa departemen khas. Misalnya Wool Science, Transportation, Garment dan beberapa konsentrasi ke bidang industri pakaian. Pengelola pendidikan diUK memang cerdas. Tiap universitas punya kekhasan masing-masing sehingga orang tidak akan membandingkan satu konsentrasi dari beberapa universitas.

Sheffield
Keesokannya, minggu, kami diajak Bunda ke Sheffield sebuah kota yang dikelilingi beberapa country side (pedesaan). Kami naik kereta kesana. Pemandangannya sangat indah. Hamparan Rapeseeds dikiri kanan seperti karpet besar berwarna hijau kuning. Saya jadi ingat jika keluar daerah di Makassar, indahnya hijau kuning padi disepanjang jalan. Rapeseeds lebih tinggi sedikit dari padi namun warnanya akan menguning seperti padi jika sudah mendekati panen. Bijinya digunakan untuk membuat vegetable oils (minyak sayur). Kalau di Indonesia dengan kelapa sawit maka di Inggris ini mereka menggunakan Rapeseeds sebagai bahan utama membuat minyak goreng. Kandungan lemaknya juga lebih sedikit ketimbang kelapa sawit.
Tidak ada yang istimewa dari kota Sheffield, hanya ada beberapa pabrik untuk pembuatan vegetable oils. Yang kami nikmati dari Sheffield memang hanya kehidupan country side dan Rapeseeds-nya.




York
Perjalanan selanjutnya ke York, kota sejarah dan menjadi salah satu benteng terbesar pertahanan Inggris. Menempuh waktu sejam dari Leeds, akhirnya kami tiba di York. Peninggalan perang sangat jelas terlihat. Benteng pertahanan, York’s City Walls, yang dibangun sekitar tahun 1900 masih tetap utuh membentang mengeliingi kota York. Saya serasa berada dalam kota kecil didalam benteng, seperti film-film perang khas eropa. Dan kami tidak melewatkan melintasi benteng ini yang panjangnya sekitar 7 kilo, walaupun hanya setengahnya yang kami mampu. Bangunannya hampir semua masih asli. Toko-toko dan supermarket tetap menggunakan bangunan tua untuk etalase. Hampir tidak ada bangunan baru yang saya lihat. Ada sungai besar ditengah kota dan beberapa perahu antik yang digunakan untuk wisata.
Tujuan utama kami ke gereja besar di pusat kota, York Minster. Mereka menyebut minster (gereja besar) ini sebagai The Largest Gothic Cathedral in Northern Europe. Dan memang betul, menurut pengalaman saya yang sangat sering melihat gereja tua, besar dan luas di sekitar UK, York Minster inilah yang paling besar yang pernah saya lihat. Halamannya saja mungkin bisa ditumbuhi Rapeseeds 5 hektar. Bangunannya sangat besar, antik, khas Inggris dan megah. Sayang waktu kami datang, minster sedang tidak dibuka untuk umum. Jadi, foto-foto hanya berkisar diluar minster. (maapkan kami penonton…)
Dan yang menarik lagi adalah jalan-jalan didalam kota ini tidak begitu luas dan tidak semuanya diaspal. Jalan yang terbuat dari batu-batu kecil peninggalan sejarah masih tetap ada. Lampu-lampu jalan persegi yang tiangnya dari kayu masih menghias. Kembali saya merasa berada di kota Inggris tahun 1900-an atau di jaman detektif Sherlockholmes.
Jika mau melihat kota Inggris tua yang sebenarnya, saya sarankan datang ke York!

Labels:

2 Comments:

    • At 17 May 2007 at 17:04:00 GMT-7, Anonymous Anonymous said…

      weh...indahnya bisa mengunjungi negerinya Beckham, apalgi pesiar ke kota2 yg punya tradisi sepak bola yg giat, ibarat menonton premier league setiap akhir pekan...

      enaknya yah....

      salam kenal juga

       
    • At 24 July 2007 at 00:30:00 GMT-7, Anonymous Anonymous said…

      hmm mengunjungi negeri "tempat lahirnya sepakbola" yang terngiang di bayangan kapan ya bisa duduk di kursi VIPnya old Trafford nonton secara live MU.

      Dalam rangka apa kesana?hanya pelatihan jurnalistik atu emang sekolah disana???
      dari coment yang masuk kayaknya orang sulsel ya???klo beneran,sul-selnya dimana???

       
    • Post a Comment