Sehari di Oxford
Hall tempat syuting film Harry Potter
City of Learning and Culture, tulisan inilah pertama kali saya lihat saat tiba di Kota Oxford. Saya kemudian membayangkan atmosfir akademik di tengah kota dan ramah tamah khas orang Inggris di tiap papasan. Gambaran awal yang menyenangkan. Ditemani oleh gerimis, saya dan suami bergegas mencari teman yang akan menjadi tuan rumah selama kami di kota yang memiliki universitas paling tua di Inggris.
Kota Oxford ini tidak begitu besar. Hampir semua orang menggunakan sepeda sebagai alat transportasi. City centre-nya yang menampung pusat perbelanjaan dan hampir seluruh objek wisata bisa dikelilingi dengan berjalan kaki. Walaupun sebenarnya tersedia city sightseeing bus dengan membayar sekitar 8pound. Tapi kami lebih memilih berjalan kaki, karena dengan bus kami tidak bisa singgah di satu tempat berlama-lama serta lumayan juga untuk saving money. Dengan berbekal petunjuk dari teman yang sudah bermukim selama 5 tahun di Oxford ini maka mulailah setapak demi setapak kami jejakkan.
Tujuan pertama jatuh kepada Oxford Castle. Sebuah kastil yang masih mempertahankan bangunan aslinya. Unlocked Castle, inilah nama kastil yang menuangkan banyak sejarah kota Oxford di waktu lampau. Kastil ini menyediakan beberapa fasilitas diantaranya ada kafe, sebuah toko souvenir dan open air theater. Tapi kami memilih untuk berkeliling saja karena deretan objek wisata masih panjang dan kami hanya punya waktu sehari.
Di samping kastil, ada pintu masuk ke shopping centre. Toko-tokonya tidak jauh beda yang ada di Birmingham. Masih dengan satu nama, satu harga dan satu model. Maka insting belanja batal menjalar di pikiranku.
Sekitar 15 berjalan kami akhirnya sampai ke salah satu college terbesar di Oxford, Christ Church. Hampir semua bangunan tua di kota ini digunakan sebagai tempat pendidikan dan asrama kampus. Otoritas university sangat dominan. Mayoritas aset berupa bangunan adalah milik University of Oxford. Bangunan-bangunan yang dijadikan tempat pendidikan, pemberian tutorial sekaligus berfungsi sebagai asrama dosen dan mahasiswa di luar universitas di sebut college. Sedangkan sisanya yang berupa pertokoan tetap membayar uang sewa ke universitas.
Termasuk Christ Church ini yang kemudian terbuka juga untuk umum. £3.70 untuk adult, £2.50 untuk children dan £2.70 untuk student. Saya melewati lorong-lorong di dalam bangunan ini untuk sampai ke cathedral yang merupakan bangunan utama. Awalnya saya segan masuk karena memakai jilbab tapi kemudian oleh penjaga dipersilahkan. Di dalamnya ada beberapa patung dan banyak tempat duduk untuk beribadah. Menurut penjaga, cathedral ini masih digunakan untuk kegiatan peribadatan. Menuju ke lantai dua ada ruangan besar (hall) yang hanya terbuka pada waktu tertentu saja. Beruntung pada saat kami datang hall yang merupakan tempat syuting film Harry Potter I ini telah terbuka. Walaupun begitu para pramusaji telah bersiap menyediakan makan siang sambil kami mengelilingi hall dan mengambil gambar. Hall ini digunakan untuk syuting pada saat makan malam Harry Potter bersama para teman dan gurunya. Pun sekarang, masih tetap berfungsi sebagai tempat makan para pengajar di college ini.
The Bridge of Sighs
Di tengah perjalanan menuju The Sheldonian Theatre, saya tertarik mencoba homemade ice crim yang cukup terkenal di Oxford. Lumayan mahal juga, 2pound untuk one scoop. Saya pilih super chocolate dan mmm..rasanya sangat menggigit. Setelah jalan sekitar 10menit dan melewati beberapa tempat terkenal seperti Radcliffe Scuare dan St Mary the Virgin Church. The Sheldonian Theatre ini berbentuk bulat dan dipagari. Isinya berupa perpustakaan yang menyimpan banyak manuskrip tua. Hanya dosen dan student Oxford saja yang boleh masuk. Itupun tidak boleh di bawa pulang hanya bisa di baca di ruang khusus baca yang disediakan. Teman yang juga student di Oxford mengatakan bahwa kitab-kitab saat Perang Salib tersimpan dengan baik di dalam bangunan ini.
Di sampingnya ada sebuah jembatan yang menghubungkan antara dua college, namanya The Bridge of Sighs. Jembatan ini juga melambangkan ikatan persaudaraan karena sejarah lampaunya. Berjalan selama 10 menit kami tiba di Natural History Museum. Sungguh sangat ramai museum ini. Banyak anak-anak pula orang dewasa. Ada yang datang sekeluarga ataupun dengan teman.
Masuk ke museum ini saya seperti di film Night in the Museum. Ada fosil dinasaurus, kura-kura raksasa, gajah, komodo dan lainnya. Sepertinya hamper semua hewan ada di sini. Tidak ketinggalan juga batu-batuan mineral serta fungsinya. Di bagian belakang museum ada lagi museum lain, Pitt Rivers Museum. Museum ini menunjukkan perlegkapan dan peralatan manusia zaman dahulu. Ada sampan dari Afrika, pistol yang digunakan para koboi dan kain-kain dari India yang berusia ratusan tahun.
Hari telah beranjak sore. Kaki terasa lelah dan memory card kamera sudah penuh. Kami berjalan pulang dengan banyak pengetahuan baru.
Labels: travelling
wah..Oxford ya..?
eh, kemarin pas di Oxford liat perahu2 kecil yg di sungai itu nggak ?, trus sempat beli dompet kulit khas Oxford ndak..?, o ya kan ada rumahnya si Dalton tuh di Oxford...gak difoto skalian..?..
hehehe...keep posting yg kayak gini yak..?