Waktu

Lembar kenangan masa kanak-kanak kembali terbuka. Saya mengingat saat sebaya dengan William. Saat ulang tahun ke tujuh. Ini kali pertamanya hari kelahiranku dirayakan. Keluarga dan teman-teman berkumpul dirumah. Mereka membawa bungkusan yang terbungkus rapi. Sambil bersalaman dan menerima ucapan, saya menebak isi kado mereka. Yah, namanya juga anak-anak, kado merupakan barang terindah. Apalagi jika itu berisi barang yang diinginkan.
Pesta usai, tamu berbondong pulang dan kadopun dibuka. Sepanjang hari hingga malam saya sangat senang. Dan berharap esok adalah hari ulang tahunku lagi. Begitulah, hingga tahun-tahun berikutnya adalah tahun ketidaksabaran untuk menunggu hari ulang tahun. Menunggu mereka datang mengucapkan selamat dan tentunya membawa kado. Saya selalu merengek agar tiap tahun ada perayaan khusus buat hari kelahiranku. Dan sebagai anak pertama yang manja, permintaanku dituruti.
Namun sekarang, kembali merayakan hari ulang tahun adalah sebuah perenungan. Mungkin juga sebuah ketakutan. Takut karena umur bertambah dan dunia belum sedikitpun kuketahui. Karena hari-hari yang telah lalu adalah sia-sia. Kadang malah saya ingin mengulang hari, berjalan mundur. Memperbaiki yang terlupa, yang jauh dari sempurna.
Masih beberapa bulan lagi tanggal kelahiranku akan menghadang perjalanan hari. Masih ada waktu untuk bersiap menghadapi takdir waktu. Tolong beritahu kekhilafanku, karena hari akan terus berjalan dan saya tidak menyadari sepenuhnya.
berbicara tentang umur,membuatku sedikit merenungi juga..